Sabtu, 28 Februari 2009

soal latihan kelas XII

Soal bahasa indonesia kelas XII

Bacalah wacana berikut dengan seksama!

Langganan Majalah Via Web

Dunia internet dan kemajuan teknologi digital tidak diragukan lagi telah merubah tataran media penerbitan. Konvergensi teknologi digital telah turut serta merubah cara pemasaran terbitan surat kabar dan majalah. Di abad digital tiras atau oplag majalah agaknya tidak dapat semata-mata diukur dari jumlah terbitan berwujud cetakan di atas kertas semata, namun mesti dihitung juga dengan pelanggan lewat dunia internet. Saat ini semakin banyak surat kabar dan majalah terkemuka dunia yang telah menjajakan terbitannya langsung lewat internet.

Tumbuhnya kebutuhan yang sesungguhnya muncul sejak awal tahun 2000-an telah diantisipasi oleh setidaknya dua web developer yang menyediakan aplikasi berbasis web dari as- newstand.com dan zinio.com untuk menjajakan majalah dan surat kabar dalam versi edisi digital on-line.

Kedua pebisnis internet ini mengelola web situs dan menyediakan aplikasi tambahan berbasis web dan flash hingga memudahkan pembaca menelusuri layaknya membuka lembaran majalah atau koran. Baik zinio.com maupun new stand menyatakan saat ini tengah tumbuh kebutuhan untuk mendapatkan terbitan koran dan majalah versi edisi digital. Bahkan sejak tahun pertama peluncuran layanan tahun 2002/2001 manajer pemasaran newstand.com mengklaim tingkat pertumbuhan pelanggan yang pernah mencapai 360 %.

  1. Tentukanlah pernyataan yang merupakan paragraf fakta dan pendapat dari teks di atas?
  2. Teks “Langganan Majalah Via Web” cobalah anda ringkas menjadi paragraf argumentasi?
  3. Jelaskan mengenai unsur-unsur karya sastra?
  4. Apa yang anda ketahui mengenai point of view dalam sebuah karya sastra? Beserta contohnya.
  5. Buatlah contoh naskah pidato dalam acara peringatan HUT RI ke 63?
  6. Jelaskan hal apakah yang perlu diperhatikan dalam melatih berpidato yang baik?
  7. Berdasarkan pengirim dan isinya, surat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Jelaskan!
  8. Bagaimana sitematika penulisan surat dinas?
  9. …Sambil melingkarkan tas lusuh itu di pundaknya, Rahman menenteng tas kresek hitam berisi lima puluh potong pisang goreng hangat. Semua juga sudah tahu, Rahman selalu menitipkan gorengan dari ibunya ke warung tempat ia bersekolah. Cibiran teman-teman yang tak bersimpati kepadanya seperti tak pernah sanggup menggoyahkan prinsipnya. Baginya hanya dengan berdagang gorengan itulah ia tetap dapat sekolah…

Dari cuplikan cerpen diatas tentukan amanat yang terkandung didalamnya!

  1. Buatlah contoh surat dinas dengan topik ”permohonan izin sewa gedung”!

Bagian 2 (makalah TIK)


PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI JPTE FPTK UPI

E-Learning Merupakan Inovasi Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran Fisika

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu di antaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut Darsono (2000) bahwa sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan pelajaran umum dan khusus, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) metode/strategi pembelajaran, dan (4) sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.

Menurut Darsono (2001), proses pembelajaran secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Untuk pencapaian hasil belajar yang optimal diperlukan suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran. Penerapan media pembelajaran harus dapat melatih cara-cara memperoleh informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu permasalahan.
Perkembangan teknologi informatika, membawa orang untuk dapat mencari informasi ke seluruh dunia menggunakan media internet.

Komputer sebagai alat bantu tambahan dalam proses pembelajaran. Manfaat komputer meliputi penyajian informasi, isi materi pelajaran dan latihan atau kombinasinya. Cara seperti ini yang dikenal sebagai Computer Assisted Instruction (CAI) atau Pembelajaran Berbasis Komputer. Sejalan dengan perkembangan CAI, maka munculah inovasi baru dalam pembelajaran berbasis komputer berjaringan internet. Inovasi tersebut sekarang dikenal dengan nama e-learning. Sanjaya (2006) memandang e–learning atau proses pembelajaran dengan media elektronik terutama internet, saat ini dianggap dapat menjadi solusi pendidikan bagi siswa yang tidak dapat hadir secara fisik ke setiap perkuliahan/pembelajaran. Namun siswa tersebut mempunyai niat untuk melakukan pembelajaran dengan baik agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

B. Pengembangan Program Pembelajaran Berbasis Komputer

Sebuah software instruksional, didalamnya terkandung dua aspek utama, yaitu materi subjek dan aspek pedagogi yang dibawanya menurut tuntutan keterampilan dari materi yang disajikan. Secara teknis implementasinya dalam pembelajaran sesuai dengan teori belajar. Dasar pengembangan program instruksional dengan dua dasar konsep yang melandasi pengembangannya yaitu materi dan aspek pedagogi. Pengembangan program pembelajaran, selain didasarkan pada dua aspek materi dan aspek pedagogi sebagaimana dikemukakan, juga menuntut aspek pengembangan yang lain, terutama dari segi psikologi interaktif dan teknologi pengembangan software. Oleh karena itu, e-learning merupakan prinsip yang diterapkan dalam pengembangan software pembelajaran. Dari sisi teknologi, pengembangan software juga menuntut dilibatkannya bahasa pemrograman tertentu, yang masing-masing bahasa mempunyai ketentuan tersendiri dalam penggunaanya.

C. Program Pembelajaran Fisika Berbasis Komputer

Komputer dalam pembelajaran fisika dapat digunakan sebagai alat bantu percobaan, simulasi, demonstrasi, dan juga alat hitung. Simulasi komputer dengan topik bahasan fisika dapat membantu siswa lebih mengerti persoalan yang dipelajari. Simulasi komputer mempunyai beberapa keuntungan, antara lain : (1) praktikum fisika yang sulit dan bahannya mahal dapat diganti dengan simulasi yang lebih murah dan lebih jelas, (2) siswa dapat mengulangi simulasi sendiri tanpa bantuan guru.
Menurut Supriyadi (2003), hal terpenting yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan program pembelajaran fisika berbasis komputer yaitu (1) ketersediaan program pembelajaran untuk suatu topik tertentu.

Seringkali program pembelajaran yang kita butuhkan tidak tersedia dipasaran, kalaupun ada biasanya buatan luar negeri dan isinya kurang sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia. (2) Maksud dan tujuan. Penggunaan program pembelajaran akan efektif bila sudah dirumuskan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, misalnya untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan dengan memberikan soal tes berjenjang dari yang sederhana sampai yang kompleks, selain itu dapat juga tujuan dikaitkan dengan pemahaman konsep dengan bantuan simulasi dan visualisasi. (3) kesiapan siswa untuk mengoperasikan program pembelajaran tersebut dan (4) ketersediaan komputer pendukung.

Pengalaman selama ini ketika menggunakan program pembelajaran berbasis komputer adalah bahwa pemakaian program pembelajaran tersebut sebagai pelengkap materi yang telah disampaikan oleh guru. Sedangkan pelaksanaanya dapat dilakukan diluar jam pelajaran di laboratorium komputer dengan atau tanpa bantuan guru. Jika memungkinkan program pembelajaran tersebut dapat pula dibuka di rumah bagi siswa yang telah memiliki komputer. Siswa dapat memahami isi materi dan mencoba soal latihan yang ada.

D. Multimedia Pembelajaran Interaktif

Menurut Oleksy (1995) dalam bukunya The Information Revolution: Education & Learning, multimedia adalah piranti teknologi yang terdiri dari piranti keras (hardware) dan piranti lunak (software) yang membawa bersama-sama berbagai jenis media teks, ilustrasi-ilustrasi, gambar/foto, bunyi, suara, animasi, dan video pada sebuah komputer. Sedangkan menurut Yusop (1995) di ceramahnya yang bertema Multimedia Dalam Pengajaran dan Pembelajaran, multimedia adalah kaidah penyebaran maklumat yang direka bentuk khusus untuk menggabungkan bunyi, gambar-gambar diam dan bergerak, grafik, animasi, data, dan teks bersama-sama dengan keupayaan interaktif sebuah komputer.

Sehingga, multimedia adalah suatu teknik yang menggabungkan data, teks, gambar, grafik, animasi, bunyi dan video. Secara umum, multimedia merupakan perantara dalam pembelajaran yang mengkombinasikan teks, video, suara dan animasi dalam sebuah perangkat lunak komputer yang interaktif. Saat ini software program yang banyak dikembangkan dalam aplikasi pembelajaran adalah Macromedia Flash. Software ini dipakai luas oleh para profesional pengguna web, programmer maupun animator karena kemampuannya dalam menampilkan multimedia, gabungan antara grafis, animasi, suara serta interaktivitas bagi user jauh lebih unggul dibandingkan software sejenisnya. Software ini berbasis animasi vektor yang dapat digunakan untuk menghasilkan animasi, simulasi, presentasi, game (permainan), dan film.

E. Penggunaan Multimedia dalam Pendidikan

Teknologi multimedia mampu memberi kesan yang besar dalam bidang komunikasi dan pendidikan karena bisa mengintegrasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Multimedia telah mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran ke arah yang lebih dinamik. Tetapi yang lebih penting ialah tentang bagaimana untuk menggunakan teknologi tersebut dengan lebih efektif dan dapat mengeluarkan ide-ide untuk pengajaran dan pembelajaran. Penggunaan komputer multimedia dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah dengan tujuan meningkatkan mutu pengajaran dan pembelajaran itu sendiri.

Dengan berkembangnya teknologi multimedia, unsur-unsur video, bunyi, teks dan grafik dapat disimpan di dalam courseware Pembelajaran Berbantukan Komputer (PBK) yang dikemas dalam bentuk CD.

F. Ciri-ciri Program Multimedia Pembelajaran Interaktif

Program dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah paket program yang dapat memberi peluang kepada siswa untuk browse (download) dan menjelajahinya. Terdapat banyak judul CD yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Ciri-ciri yang perlu ada dalam Program Multimedia Pembelajaran interaktif adalah sebagai berikut :

a. Pencarian menggunakan katakunci, indeks atau ringkasan mudah dilaksanakan

b. Mudah untuk install

c. Mudah digunakan dan mudah dipahami

d. Dapat mengikut keinginan pengguna (flexible)

e. Interaktif

f. Kooperatif (http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc)

G. E-Learning

Inovasi dalam teknologi pembelajaran memang tidak pernah berhenti. Setiap saat pendidik yang tergabung di dalamnya berusaha untuk mengembangkan teknologi yang digunakan selama ini dan memperbaiki kelemahannya untuk kualitas pendidikan yang lebih baik.

Sanjaya (2006:) memandang e–learning atau proses pembelajaran dengan media elektronik terutama internet, saat ini dianggap dapat menjadi solusi pendidikan bagi siswa yang tidak dapat hadir secara fisik ke setiap perkuliahan atau pembelajaran, namun mempunyai niat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Bagi institusi pendidikan, teknologi di dalam e-learning dapat dijadikan media untuk semakin memperbaiki kualitas dalam pembelajaran jarak jauh yang seperti diterapkan di Universitas Terbuka (UT) akhir-akhir ini.

E-learning juga dapat digunakan sebagai pembelajaran tatap muka yang melibatkan perangkat komputer di kelas, misalnya Pembelajaran Berbasis Komputer atau Computer Assisted Instruction (CAI). Dukungan multimedia dan perkembangan baru di dunia web semakin membantu mewujudkan pembelajaran interaktif meskipun tidak ada pertemuan secara fisik. Hal inilah yang menjadi fokus dalam The 3rd International Conference E-Learning yang diadakan di Bangkok, belum lama ini. Namun kesuksesan pembelajaran dalam e-learning juga terletak pada kepercayaan yang diberikan kepada siswa dan kejujuran dari setiap komponen yang terlibat di dalamnya. Awalan (e) pada e-learning sebetulnya berbicara tentang exploration (pendalaman), experience (pengalaman), engagement (keterlibatan), ease of use (kemudahan penggunaan), dan empowermen (pendayagunaan), namun juga memungkinkan untuk dieksploitasi ke arah negatif.
Kekayaan akan informasi yang sekarang tersedia di internet telah lebih mencapai harapan dan bahkan imajinasi dari para penemu sistem yang pertama.

Internet awalnya diciptakan untuk kebutuhan sistem pertahanan militer supaya dapat didesentralisasikan sehingga mengurangi resiko kerusakkan total, mungkin saja hal ini bisa terjadi apabila sistem sentral komputer utama dimusnahkan. Internet juga dapat didesentralisasikan dan diberdayakan. Dengan menggunakan internet kita dapat mengakses sumber-sumber informasi tanpa batas yang sedang berkembang secara cepat. Kita dapat berkomunikasi secara individual atau secara massa yang dapat dilakukan di mana saja di seluruh dunia hanya dalam waktu beberapa detik saja. Kita dapat menyebarkan (publish) informasi yang bisa diakses dari mana saja di seluruh dunia dalam waktu singkat sekali. Kita dapat berkomunikasi secara langsung (real time) melalui telepon dan unit video processing. Kita bisa melakukan “chat” melalui jaringan gratis “chat” yang sangat luas yaitu mIRC.

H. Kelebihan E-Learning

Pembelajaran dengan menggunakan e-learning mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Dengan munculnya e-learning, memberikan warna baru dalam proses pembelajaran fisika di kelas. Pengajar dalam hal ini guru Sains (Fisika) banyak menjumpai kesulitan jika di laboratoriumnya tidak tersedia alat-alat untuk praktikum. Mereka berangggapan jika tidak ada alat yang tersedia maka praktikum lebih baik tidak dilaksanakan. Tetapi jika guru menggunakan bantuan e-learning, dalam internet sudah banyak tersedia animasi interaktif yang menyediakan fasilitas alat-alat praktikum yang dapat digunakan. Guru bisa langsung online ke web yang dituju terus men-download program yang diinginkan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa ahli di bawah ini.
Darsono (2001) menyatakan bahwa prinsip memahami sendiri (belajar mandiri) sangat penting dalam belajar dan erat kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan melakukan sendiri (tidak minta tolong orang lain) akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat dalam pemahaman yang lebih mendalam. Prinsip ini telah dibuktikan oleh John Dewey dengan “lerning by doing” nya. Lebih lanjut prinsip memahami sendiri ini diartikan bahwa hendaknya siswa tidak hanya tahu secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Pembelajaran dengan menggunakan e-learning dapat menumbuhkan sikap belajar mandiri.

Arsyad (2002) menyatakan bahwa media pembelajaran dengan komputer dapat menampilkan dengan baik berbagai simulasi, visualisasi, konsep-konsep, dan multimedia yang dapat diakses user (siswa) sesuai dengan yang diinginkan sehingga visualisasi yang bersifat abstrak dapat ditampilkan secara konkrit dan dipahami secara mendalam. Maka dengan menggunakan e-learning, siswa mendapatkan kemudahan dalam mengatasi pembelajaran fisika yang banyak menampilkan visualisasi yang bersifat abstrak. Media pembelajaran ini dapat menampilkan konsep yang bersifat abstrak ke dalam konsep yang bersifat konkrit sehingga pemahaman siswa lebih mendalam.

Dalam Jurnal Physics Education, Clinch dan Richards (2002) menyatakan bahwa dalam penggunaan e-learning dengan program java applet yang didownload dari internet sangat baik dalam pembelajaran fisika untuk percobaan/praktikum. Penilitiannya membuktikan bahwa pembelajaran dengan e-learning program java applet dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memvisualisasikan gambar yang bersifat abstrak menjadi konkrit dan tidak hanya dibayangkan saja. Tampilan program dalam e-learning juga dapat digunakan untuk memancing siswa berdiskusi tentang materi atau konsep yang ditampilkan pada layar monitor.

I. Kelemahan E-Learning

Ada beberapa kelemahan dalam e-learning yang sering menjadi pembicaraan, antara lain kemungkinan adanya kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Kuldep Nagi dari Amerika, memberikan ide untuk mengaktifkan diskusi kelompok secara online dan membatasi kadaluwarsa soal-soal ujian. Selain itu, pengajar (guru) juga harus memberikan interaksi yang responsif dan berkelanjutan untuk mengenal siswa lebih jauh dan dapat melihat minatnya, memberikan ujian berupa analisa atas suatu kasus yang berbeda, serta memintanya untuk menjelaskan logika yang menjadi analisa tersebut.

Emil Marais dan Basie von Solms dari Afrika Selatan menambahkan perlunya penyediaan alat bantu untuk membatasi akses ilegal ke dalam proses pembelajaran, baik dengan menggunakan password ataupun akses dari nomor IP (Internet Protocol) tertentu untuk mengurangi kecurangan dalam praktik e-learning. Kelemahan yang paling mendasar dari e-learning adalah kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Sesuai data dari Microsoft Corporation, pada tahun 2006 Indonesia menduduki peringkat ke dua terbesar dalam pembajakan di dunia maya (internet) pada khususnya dan penggunaan software di PC (Personal Computer) pada umumnya. Hal tersebut membuktikan bahwa internet dalam hal ini e-learning masih banyak sekali kekurangannya.

Pembelajaran dengan menggunakan e-learning juga harus membutuhkan jaringan internet untuk pembelajaran jarak jauh. Padahal tidak semua instansi memiliki jaringan internet. Program-program dalam e-learning juga membutuhkan Personal Computer (PC) dengan spesifikasi yang cukup canggih agar program bisa berjalan dengan baik. Walaupun programer sudah menyediakan fasilitas password atau pengaman tetapi tangan-tangan jahil masih banyak yang merusaknya atau membajaknya. Walaupun demikian, e-learning sebagai suatu inovasi dalam proses pembelajaran sudah memberikan warna baru cara belajar jarak jauh yang mandiri.

J. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai pembelajaran melalui e-learning, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Pembelajaran dengan bantuan komputer (PBK) atau Computer Assisted Instruction (CAI) merupakan awal mula kemunculan dari e-learning. Pada CAI, siswa hanya dapat melihat tampilan gambar dan slide saja dari komputer. Siswa belum dapat berkomunikasi secara interaktif dengan komputer. Dengan berbagai kemajuan dalam dunia web di internet, muncul berbagai program interaktif. Yang paling terbaru dari e-learning adalah pembelajaran fisika dengan menggunakan multimedia interaktif atau makromedia interaktif. Siswa tidak hanya melihat tampilan gambar dan slide dalam program saja, melainkan siswa dapat secara interaktif merubah berbagai content program sesuai dengan yang diinginkan.

Pembelajaran dengan menggunakan e-learning mempunyai kelebihan dalam hal belajar mandiri. Dengan e-learning, siswa bisa lebih leluasa secara mandiri melakukan pembelajaran tanpa bimbingan guru secara langsung. Dengan belajar mandiri melalui e-learning, siswa dapat memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak menjadi lebih konkrit karena penggunaan multimedia interaktif di internet. Dengan e-learning, guru juga dapat melaksanakan praktikum jika alat-alat di laboratorium tidak tersedia. Praktikum bisa adiganti dengan multimedia interaktif yang lebih sederhana dan konkrit.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, e-learning juga mempunyai beberapa kelemahan mendasar, diantaranya sebagai berikut: masih banyaknya kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Program-program dalam e-learning juga harus melibatkan jaringan internet ataun Personal Computer (PC) yang lumayan canggih agar program bisa berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

---------, Pembelajaran (online) http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/OudaTedaEna.doc [20 Oktober 2006].

Arsyad, A. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Clinch, J. dan Richards. (2002). “How can the internet be used to enhance the theaching of physics? ”. Physics Education Journal. 3, (2), 110-111.

Darsono, M. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Darsono, M. (2001). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: Unnes Press.

Marais, E. dan Solms, B. V. (2006). “Password dalam Akses Nomor IP (Internet Protocol) ”, dalam The 3rd International Conference E-learning. Thailand: Kementrian Information and Comunication Technology.

Nagi, K. (2006). “Diskusi secara online dan batasan soal-soal ujian”, dalam The 3rd International Conference E-learning. Thailand: Kementrian Information and Comunication Technology.

Oleksy, W. (1995). The Information Revolution: Education & Learning. —-: ——

Sanjaya, R. (2006). “E-learning Bukan Semata Upload dan Download”. Suara Merdeka (15 Oktober 2006)

Ying, Y. (1999). Courseware. [Online]. Tersedia: http://iroi.seu.edu.cn/books/ee_dic/whatis/coursewa.htm [20 Oktober 2006]

Yusop, N. I. (1995). “Multimedia Dalam Pengajaran dan Pembelajaran”. Makalah tak dipublikasikan.

PENDIDIKAN SEBAGAI REKONSTRUKSI SOSIAL (Studi Kasus: Merebaknya Kekerasan Antar Siswa)


PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI JPTE FPTK UPI

A. Latar belakang

Fenomena kekerasan dalam lembaga pendidikan seolah memberikan gambaran bahwa kita sebagai bangsa sungguh lemah dalam mengendalikan emosi. Bangsa ini tumbuh tidak hanya menjadi bangsa yang miskin pengetahuan tetapi juga mengalami kemerosotan nilai-nilai moral. Kita kehilangan kepekaan terhadap sesama, kasih sayang, penghargaan, dan budaya malu. Nilai-nilai kemanusian kita hilang, sebaliknya yang tumbuh adalah jiwa dan watak yang keras. Permusuhan tumbuh subur dan melembaga. Mereka mungkin juga lupa bahwa kita adalah manusia yang hadir dengan aneka perbedaan, bermacam-macam warna, dan banyak kepentingan. Kekerasan di lembaga pendidikan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Akar masalahnya harus segera ditemukan untuk dijadikan brainstorming dalam rangka mencari pemecahan masalah.

Aksi kekerasan oleh pelajar/siswa telah menimbulkan kerugian yang besar. Bukan hanya materi yang hilang, nyawa pun melayang. Fenomena menyimpang ini membuat kita resah sekaligus bertanya-tanya. Masalah apa gerangan yang membuat anak-anak bangsa yang mengaku agen perubahan/rekonstruksi menjadi ganas dan beringas? Bukankah setiap saat mereka belajar nilai-nilai moral dan religius? Bukankah mereka juga yang menyebut dirinya sebagai generasi masa depan bangsa?

Paolo Freire (1973: 18), tokoh pendidikan masyarakat marjinal mengatakan bahwa inti pendidikan adalah penyadaran diri peserta didik kepada dirinya sendiri, orang lain, dan masyarakat. Sebuah konsep pendidikan yang ideal dan sangat menyejukkan. Jika gagasan Freire ini dapat terwujud dari proses pendidikan kita, maka kehidupan bangsa ini Insyaallah akan menjadi indah. Kekerasan di lembaga pendidikan merupakan refleksi ketidakmampuan generasi kita untuk menyadari dirinya dan memahami orang lain. Egoisme untuk selalu “dipahami” lebih dominan ketimbang ketulusan untuk “menyadari” keberadaan dan kebutuhan orang lain. Kesadaran untuk “mengerti” tenggelam oleh keinginan untuk selalu “dimengerti”.

Kekerasan di lembaga pendidikan menjadi cerminan susahnya melahirkan generasi yang cerdas dan kreatif. Orang cerdas dalam arti orang yang selalu menggunakan nalarnya secara benar dan obyektif, sedangkan orang kreatif adalah orang yang mempunyai banyak pilihan untuk memenuhi kepentingan dengan kemampuan pilihan yang tepat di luar cara-cara kekerasan (Highet, 2002). Dari paparan ini, jelas bahwa pelajar cerdas tidak akan memilih aksi kekerasan sebagai alat menyelesaikan masalah. Inilah tantangan pendidikan kita di masa depan, yakni kemampuan melahirkan generasi yang “cerdas” dan “kreatif”.

Masalah kekerasan di lembaga pendidikan dewasa ini merupakan masalah sosial. Oleh karena itu, penyelesainnya harus dikembalikan kepada lembaga yang memegang “tanggung jawab sosial”. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus memegang peranan aktif. Keluarga sebagai institusi pendidikan yang pertama dan utama harus mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Pola asuh orang tua dengan pendekatan kasih sayang harus mampu mengajarkan cara hidup bersama life together (Freire, 1973: 78).

B. Fokus

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat difokuskan bagaimana pendidikan sebagai rekonstruksi sosial yang mengakibatkan perilaku siswa yang agresif yang mengarah pada tindak kekerasan. Hal ini menarik untuk dibahas karena dewasa ini sering terjadi tindak kekerasan antar siswa yang ditimbulkan dari adanya degradasi moral yang menyebabkan pendidikan sebagai rekonstruksi sosial kurang efektif.

C. Pembahasan

Henderson (2002) sebagaimana aliran filsafat pendidikan yang lain, rekonstruksianisme mendasarkan gagasan rekonstruksinya pada para filsuf terdahulu yang dianggap sebagai “filsuf rekonstruksianis”. Diantaranya adalah Plato yang telah merancang desain negara masa depan (The Republik), dan secara tandas menegaskan bahwa pendidikan menjadi pilar utama dari pembangunan masyarakat baru dan masyarakat terbaik yang di dalamnya terjadi ekualitas seksual, pembinaan pendidikan anak-anak secara komunal, dan diperintah oleh pemimpin yang memiliki akreditasi filosofis. Selain Plato, filsuf Stoic seperti Marcus Aurelius, seorang raja sekaligus filsuf dari kerajaan Romawi, yang mempromosikan “negara dunia” ideal yang terbebaskan dari sekat-sekat nasionalisme dan chauvinisme (Ritzer, 1980). Sementara itu, filsuf era Skolastik seperti St. Augustine juga menawarkan upaya rekonstruksi melalui negara Kristen ideal, sebagaimana tertuang dalam karyanya The City of God (Kemeny, 1959).

Kesemua pemikir tersebut merekomendasikan pendidikan sebagai instrumen utama dalam melakukan perubahan sosial, contohnya Plato yang menegaskan bahwa pendidikan sebagai sine qua non dari masyarakat terbaik; Marx melihat pendidikan sebagai jalan untuk membantu kaum proletar dalam mengembangkan pandangan mengenai “kesadaran sosial” (Henderson, 2002).

Aliran ini juga bertujuan melakukan emansipasi sosial dan berusaha menemukan teori sosial yang mampu memikul tanggung jawab berupa perlawanan terhadap status quo. Asumsi utama yang dikedepankan adalah upaya kritik yang lebih luas terhadap kenyataan bahwa kultur kapitalis yang merupakan suatu bentuk manipulasi dan penguasaan, yang secara total meresapi struktur psikis dan sosial (Kuhn, 1969).

1. Pokok-pokok Pemikiran Pendidikan Rekonstruksianisme

Kemeny (1959) mengatakan beberapa prinsi-prinsip pokok pemikiran yang dikembangkan rekonstruksianisme dapat diuraikan sebagai berikut antara lain:

a. Dunia sedang dilanda krisis kemanusiaan, jika praktik-praktik pendidikan yang ada tidak segera direkonstruksi, maka peradaban dunia yang ada akan mengalami kehancuran. Krisis yang dimaksud adalah problem-problem sosial budaya yang timbul akibat semrawutnya persoalan pendudukan, sumber daya alam yang kian menipis, berakibat pada melonjaknya harga minyak dunia, kesenjangan global antara negara kaya dan miskin, kapitalisme global, proliferasi nuklir, rasisme, nasionalisme sempit dan penyalahgunaan teknologi. Seperti diketahui, teknologi adalah penyumbang terbesar terjadinya peperangan dan bisa membunuh manusia secara efisien lebih dari sebelumnya, tingginya tingkat kematian dari kecelakaan lalu-lintas dan industri menjadi harga yang sangat mahal dari kehidupan yang serba mekanistik saat ini. Teknologi saintifik juga menciptakan budaya rokok dan alkohol serta meningkatkan bahaya kimiawi yang terkandung pada makanan dan lahan pertanian.

b. Perlunya sebuah tatanan sosial semesta. Maksudnya untuk mengatasi persoalan-persoalan global tersebut, perlu kolaborasi menyeluruh dari seluruh antar elemen bangsa-bangsa dunia untuk bersatu menciptakan tata sosial baru yang berasaskan keadilan dan kepentingan kemanusiaan seluruh umat manusia sedunia, dan mengabaikan batasan-batasan primordial seperti ras, warna kulit, suku, bangsa dan agama.

c. Pendidikan formal adalah agen utama dalam upaya rekonstruksi tatanan sosial. Aliran rekonstruksianisme menilai sekolah-sekolah formal yang ada merefleksikan nilai-nilai sosial dominan yang hanya akan mengalihkan patologi sosial, politik, ekonomi dan budaya yang saat ini mendera umat manusia. Karena nya sekolah-sekolah formal harus merekonstruksi secara mendasar peran tradisionalnya dan menjadi sumber inovasi sosial. Bagi mereka pendidikan dapat menjadi instrumen penting untuk membentuk keyakinan masyarakat dan mengarahkan peralihannya ke masa depan.

d. Metode pengajaran harus didasarkan pada prinsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada kecerdasan “asli” jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang valid bagi persoalan-persoalan umat manusia. Dalam perspektif rekonstruksianis, adalah sebuah keharusan bahwa prosedur-prosedur demokratis perlu digunakan di ruangan kelas setelah para peserta didik diarahkan kepada kesempatan-kesempatan untuk memilih diantara keragaman pilihan-pilihan ekonomi, politik, sosial. Di sisi lain menyembunyikan pendirian-pendiriannya. Ia harus mau mengungkapkan dan mempertahankan pemihakannya secara publik. Lebih dari itu rekonstruksianisme mempunyai kepercayaan besar terhadap kecerdasan dan kemauan baik manusia De Jong (2006).

e. Pendidikan formal adalah bagian tak terpisahkan dari solusi sosial dalam krisis dunia global, dan terlibat aktif dalam mengajarkan perubahan sosial. Pendidikan harus memantikkan kesadaran peserta didik akan problematika sosial dan mendorong mereka untuk secara aktif memberikan solusi. Kesadaran sosial (social consciousness) dapat ditumbuhkan dengan menanamkan sikap dan daya kritis terhadap isu-isu kontroversial dalam agama, masyarakat, ekonomi, politik dan pendidikan. Kajian dan diskusi kritis akan membantu para peserta didik melihat ketidakadilan dan ketidakfungsian beberapa aspek sistem sekarang ini dan akan membantu mereka mengembangkan alternatif-alternatif bagi kebijaksanaan konvensional.

2. Fenomena kekerasan siswa

Paolo Freire (1973) tokoh pendidikan masyarakat marjinal mengatakan bahwa inti pendidikan adalah penyadaran diri peserta didik kepada dirinya sendiri, orang lain, dan masyarakat. Sebuah konsep pendidikan yang ideal dan sangat menyejukkan. Jika gagasan Freire ini dapat terwujud dari proses pendidikan kita, maka kehidupan bangsa akan menjadi indah. Kekerasan di lembaga pendidikan merupakan refleksi ketidakmampuan generasi kita untuk menyadari dirinya dan memahami orang lain. Egoisme untuk selalu “dipahami” lebih dominan ketimbang ketulusan untuk “menyadari” keberadaan dan kebutuhan orang lain. Kesadaran untuk “mengerti”.

Fenomena kekerasan dalam lembaga pendidikan seolah memberikan gambaran bahwa kita sebagai bangsa sungguh lemah dalam mengendalikan emosi. Bangsa ini tumbuh tidak hanya menjadi bangsa yang miskin pengetahuan tetapi juga mengalami kemerosotan nilai-nilai moral. Kita kehilangan kepekaan terhadap sesama, kasih sayang, penghargaan, dan budaya malu. Nilai-nilai kemanusian kita hilang, sebaliknya yang tumbuh adalah jiwa dan watak yang keras. Permusuhan tumbuh subur dan melembaga. Mereka mungkin juga lupa bahwa kita adalah manusia yang hadir dengan aneka perbedaan, bermacam-macam warna, dan banyak kepentingan. Kekerasan di lembaga pendidikan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Akar masalahnya harus segera ditemukan untuk dijadikan brainstorming dalam rangka mencari pemecahan masalah.

Sejumlah problem sosial yang melatarbelakangi seringnya terjadi tindakan kekerasan dewasa ini. Pertama, aksi kekerasan pelajar merupakan refleksi kehidupan sosial bangsa saat ini. Bukankah konflik terus berkecamuk dalam keseharian kita. Konflik antar anggota masyarakat maupun konflik antar elit politik. Hampir setiap saat kita disuguhi pengalaman hidup yang mengerikan seperti merusak ataupun membakar. Masyarakat kita, termasuk pelajar tumbuh dalam arena kekerasan. Akibatnya, mereka cenderung menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan permasalahannya.

Kedua, kegagalan institusi pendidikan membentuk generasi yang berakhlak mulia. Keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai institusi pendidikan memegang peranan untuk menciptakan generasi yang memiliki “kecerdasan social” (social intelligence). Kecerdasan sosial dalam arti kemampuan untuk membawa diri dalam lingkungan pergaulan yang luas, menjalin interaksi secara komunikatif, memahami adanya perbedaan, dan memiliki rasa peka terhadap sesama.

Ketiga, merosotnya nilai-nilai kemanusian. Kekerasan mengindikasikan menurunnya pemahaman akan nilai-nilai kemanusian dalam diri masyarakat. Perasaan halus, keluhuran budi, dan kesantuan dikuasai oleh nafsu dan emosi. Keterasingan dari nilai kemanusian menyebabkan susahnya melahirkan solidaritas dan relationship yang kokoh.

  1. Antisipasi

Masalah kekerasan di lembaga pendidikan dewasa ini merupakan masalah sosial. Oleh karena itu, penyelesainnya harus dikembalikan kepada lembaga yang memegang “tanggung jawab sosial”. Keluarga, sekolah, dan masyarakat harus memegang peranan aktif. Keluarga sebagai institusi pendidikan yang pertama dan utama harus mampu mendidik anak-anak menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur. Pola asuh orang tua dengan pendekatan kasih sayang harus mampu mengajarkan cara hidup bersama (life together).

Sekolah sebagai institusi pendidikan formal dituntut tanggap dan cekatan dalam melakukan rekonstruksi social pembelajaran nilai-nilai moral dan religius. Ruang-ruangan kelas harus dijadikan sebagai laboratorium penerapan nilai humanisme. Pendidikan moral bukan hanya sebagai rutinitas dan pemenuhan kewajiban kurikulum. Pembelajaran moral dan religius harus menanamkan kesadaran untuk menghargai keberadaan dan keunikan, menumbuhkan sikap toleransi, kompromi, sikap akomodatif, dan negosiasi. Dari sisi religius, pemahaman tentang agama tidak hanya dimaknai sebagai ritual belaka, tetapi nilai-nilai agama harus dapat diimpelementasikan dalam realitas kehidupan.

D. Kesimpulan

Dari pemaparan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa aliran rekonstruksianisme mendasarkan paradigma filosofisnya pada tatanan-tatanan ideal utopis seperti konsep “negara filsuf” milik Plato dan “kota Tuhan” milik St. Augustine. Perubahan sosial yang dimaksud meliputi rekonstruksi pendidikan untuk merekonstruksi siswa ke tatanan sosial dan budaya yang lebih baik. Selain itu pendidikan sudah semestinya untuk mulai mengapresiasi atau concern terhadap nilai-nilai sosial, komunitas kemanusiaan, kedamaian dunia, keadilan ekonomi, persamaan, kemerdekaan dan demokrasi, dalam rangka untuk mengeliminir kejahatan sosial seperti kebencian, kerakusan, sektarianisme, radikalisme, korupsi dan perang (Tjong Tiat, 2005). Pendidikan moral bukan hanya sebagai rutinitas dan pemenuhan kewajiban kurikulum. Pembelajaran moral dan religius harus menanamkan kesadaran untuk menghargai keberadaan dan keunikan, menumbuhkan sikap toleransi, kompromi, sikap akomodatif, dan negosiasi yang dapat meminimalisasi kekerasan antar siswa

DAFTAR PUSTAKA

De Jong, J & Hartog, D D. 2006. Leadership as a determinant of innovative behaviour. A Conceptual framework. http://www.eim.net/pdf-ez/H200303.pdf. Diakses 22 Januari 2009

De Jong, JPJ & Kemp, R. 2003. Determinants of Co-workers’s Innovative Behaviour: An Investigation into Knowledge Intensive Service. International Journal of Innovation Management. 7 (2) (Juni 2003) 189 - 212. Diakses melalui EBSCO Publisher 22 januari 2009

Freire, Paulo. 1973. Education for Critical Consciousness. New York: The Seabury

Henderson, SVP (2002) Introduction to Philosophy of Education.Chicago : Univ. of Chicago Press

Highet, G (2002), Seni Mendidik (terjemahan Jilid I dan II), PT.Pembangunan

Kemeny, J. G, (l959), A Philosopher Looks at Science, New Hersey, NJ: Yale Univ.Press

Kuhn, Thomas, (l969), The Structure of Scientific Revolution, Chicago: Chicago Univ.

Langeveld, MJ, (l955), Pedagogik Teoritis Sistematis (terjemahan), Bandung, Jemmars

Scott, S. G & Bruce, R. A. 2003. Determinants of Innovative behavior: A Path Model Of Individual Innovation in the Workplace. Academy of Management Journal.. 37 (3) 580-607. Diakses melalui EBSCO tanggal 22 Januari 2009.

Ritzer, George. 1980. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: CV. Rajawali.

Tjong Tiat, Liem (2005), Fisafat Pendidikan dan Pedagogik, Bandung, Jurusan FSP FIP IKIP Bandung

Bagian 1

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI JPTE FPTK UPI

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan e-learning ?

Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari Internet kapanpun, dimanapun, dan siapapun (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2004/).

E-learning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang bisa ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara belajar secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan kualitas yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan kondisi fisik dari instruktur. Berdasarkan perkembangannya, apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

Menurut Rosenberg (2001; 28 dalam http://www.bloggaul.com/yannugrohosaleh/), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria yaitu:

a. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi

b. pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
Menggunakan teknologi internet yang standar

c. memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di
Balik paradigma pembelajaran tradisional.

2. Peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) apa saja yang digunakan untuk mendukung terlaksanannya e-learning ?

Peralatan yang digunakan dalam pembelajaran e-learning antara lain:

a. computer

b. koneksi internet

c. video player

d. audio player

e. televise (kalau perlu)

f. dan sebagainya tergantung kebutuhan.

3. Sebutkan karakteristik bahan pembelajaran yang mendukung terlaksanannya e-learning !

Karakteristik dalam pembelajaran E-learning barang tentu adalah komputer dan koneksi internet. Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.

Sedangkan Rosenberg (2001, dalam http://www.puslitjaknov.depdiknas.go.id) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.

4. Berikan gambaran secara singkat tentang belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT based learning) !

Kegiatan belajar mengajar yang menggunakan teknologi informasi sebagai bahan ajar, media, maupun penyampaiannya. Sama halnya dengan e-lerning bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini berbasis pada informasi secara visual maupun audio visual dan tentunya juga menggunakan perangkar/device yang menunjang untuk melakukan ICT based learning.

5. Jelaskan perbedaan antara e-learning model dan mobil learning model !

Istilah mobile learning (m-Learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/device teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak, seperti PDA, telepon genggam, laptop dan tablet PC dalam pengajaran, dan pembelajaran. M-Learning merupakan bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga, dengan sendirinya, juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning). Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 1. Skema dari bentuk m-Learning (http://mtamim.files.wordpress.com/2008/12/mlearn_tamim.pdf.)

6. Jelaskan manfaat yang dapat diperoleh bagi siswa dan guru dalam penerapan e-learning model !

Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, diantaranya adalah:

  1. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).
  2. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement).
  3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).
  4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).

Manfaat e-learning juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang :

  1. bagi siswa

Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Selain itu kita juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting dan email. Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses melalui internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.

  1. bagi guru

Dengan adanya kegiatan e-Learning manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah bahwa guru/dosen/ instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.

7. Sebutkan beberapa kriteria yang yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk e-learning !

Kriteria pemilihan bahan ajar untuk e-learning adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dll yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikatogorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Banyak bahan yang tidak dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan untuk belajar, misalnya kliping koran, film, sinetron, iklan, berita, dll. Karena sifatnya yang tidak dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini perlu diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Bahan belajar yang dirancang adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau dari sisi fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Sedangkan ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan ajar cetak, audio, video, televisi, multimedia, dan web.

8. Persyaratan dan kualifikasi apa yang harus dipenuhi bagi seorang guru dan siswa supaya dapat melaksanakan e-learning !

Persyaratan dan kualifikasi minimal yang harus dipenuhi guru dan siswa adalah penguasaan tentang teknologi informasi dan komunikasi. Karena TIK merupakan sarana tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran e-learning. Mustahil jika guru dan murid tidak menguasi TIK maka pembelajaran e-learning tidak akan efektif.

Menurut Murtiyasa dalam artikelnya yang berjudul “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika”, penerapan e-learning memerlukan sumber daya yang memadai, khususnya sumber daya manusia. Dari sisi sumber daya manusia, pelaksanaan e-learning tentu memerlukan literasi komputer, khususnya bagi guru dan peserta didik. Literasi komputer merupakan istilah yang sering digunakan untuk menerangkan pengetahuan dasar yang perlu diketahui orang awam (bukan “orang komputer”) mengenai komputer. Konsep literasi komputer lebih berkaitan dengan segi praktis penggunaan komputer, bukan perancangan dan pengembangan komputer itu sendiri (Sugilar dalam Murtiyasa).

9. Jelaskan secara singkat kapan dan bagaimana TIK digunakan untuk expository based learning

Expository based learning mempunyai siklus umum yang meliputi atensi, introduksi/penyampaian informasi, drill dan latihan, test dan pengayaan, pendidik (guru) dapat menggunakan TIK pada tiap siklus tersebut, misalnya bagaimana cara menarik atensi peserta didik, bagaimana tetap menjaga atensi peserta didik pada materi pembelajaran, dan sebagainya. Dalam upaya menarik atensi peserta didik, pendidik dapat menggunakan gambar, suara, animasi, atau video yang berhubungan dengan dunia nyata dan materi yang sedang dipelajari. Pada penyampaian informasi, pendidik dapat menggunakan TIK untuk presentasinya dengan lebih banyak melakukan visualisasi/gambar, simulasi, memungkinkan percobaan yang diulang-ulang, mengontrol situasi sedemikian hingga para peserta didik dapat belajar. Pada tahapan drill dan latihan dapat didesain sedemikian hingga ada respon langsung dari setiap jawaban peserta didik, serta diberikan petunjuk permainan atau langkah-langkah pengerjaan soal-soal latihan. Sedangkan pada siklus test, TIK dapat digunakan untuk merancang computer-assisted test; yang meliputi desain tes, administrasi tes, pengumpulan respon, analisis hasil, serta pemberian umpan balik (Murtiyasa).

10. Jelaskan secara singkat kapan dan bagaimana TIK digunakan untuk inquiry based learning !

Inquiry based learning umumnya mempunyai siklus pertanyaan/problem, investigasi, penyajian/penyampaian hasil, diskusi, dan refleksi. Pada tahap awal, TIK dapat digunakan untuk menunjukkan atau memberikan problem/pertanyaan yang berhubungan dengan kasus aktual atau kasus dunia nyata. Kemudian pada siklus investigasi atau pencarian, TIK dapat digunakan untuk memfasilitasi eksperimen, eksplorasi, atau pencarian informasi, baik secara on line (melalui internet) atau off line (melalui CD-ROM) dan sebagainya. Pada tahap penyajian/penyampaian hasil dan diskusi, TIK dapat digunakan untuk memfasilitasi presentasi dan mendemonstrasikan hasil seperti dalam bentuk paper, gambar, video, atau bentuk-bentuk lainnya.

11. Sebutkan fungsi dari web browser !

Web browser adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan halaman-halaman website yang berada di internet. Adapun fungsinya adalah untuk mengakses halaman web dari alamat-alamat web yang terhubung oleh jaringan Internet pada komputer pengguna (http://atikindah.tripod.com/web_browser.html/2006).

12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan internet dan intranet !

Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP yang berisikan informasi dan sebagai sarana komunikasi data yang berupa suara, gambar, video dan juga teks.

Intranet adalah konsep LAN yang mengadopsi teknologi Internet (mulai thn 1995). Atau bisa dikatakan Intranet adalah LAN yang menggunakan standar komunikasi dan segala fasilitas Internet, diibaratkan berinternet dalam lingkungan lokal. Misal: koneksi dari kantor pusat ke kantor cabang dll. Umumnya juga terkoneksi ke internet sehingga memungkinkan pertukaran informasi dan data dengan jaringan Intranet lainnya (Internetworking) melalui backbone Internet (http://id.answers.yahoo.com/2009).

13. Uraikan langkah-langkah menggunakan search engine untuk mencari file dengan ekstensi ppt !

a. Buka Browser seperti Mozila Firefox atau Internet Explorer

b. Kemudian masukkan alamat salah satu Search Engine ke dalam kolom addres misalnya www.google.com atau www.yahoo.com, dll.

c. Setelah muncul halaman Google ketikkan kata kunci informasi yang ingin dicari pada kolom yang telah disediakan misalnya pemanfaatan e-elarning dalam pembelajaran filetype:ppt

d. Tekan tombol Enter atau klik tombol Telusuri dengan Google

e. Setelah itu browser akan menampilkan alamat-alamat link yang sesuai dengan kata kunci, karena menggunakan tambahan “filetype:ppt” pada kata kunci yang dimasukkan, maka Search Engine akan mencari link pada file yang berekstensikan ppt (Power Point)

f. Klik salah satu halaman link yang diinginkan.

14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan CC dan BCC pada e-mail !

Cc: singkatan dari "carbon copy." Siapa pun yang terdaftar dalam kolom Cc: pesan, akan menerima salinan pesan itu apabila Anda mengirimkannya. Semua penerima lain dari pesan itu dapat melihat nama orang yang Anda tentukan sebagai penerima Cc: yang telah menerima salinan pesan tersebut.

Bcc: singkatan dari "blind carbon copy." Ini serupa dengan fitur Cc: kecuali bahwa, penerima Bcc: tidak terlihat oleh semua penerima lain pesan tersebut (termasuk penerima Bcc: yang lain). Misalnya, jika Anda mengirim pesan Kpd: arul_klen84@yahoo.com dan Bcc: janedoe@yahoo.com, maka johndoe melihat dirinya sebagai satu-satunya penerima pesan. Janedoe, sebaliknya, "tahu"—dia bisa melihat bahwa Anda sudah mengirim pesan Kpd: johndoe, dan Anda telah mengirim blind-copied atau salinan rahasia kepadanya. Untuk menambahkan entri dalam kolom Bcc:, klik link "Tunjukkan BCC" di kanan kolom "Kpd:" .

Catatan: Untuk mengirim pesan, Anda harus selalu menentukan sekurangnya satu penerima dalam kolom "Kpd:" . Jika tidak, akan muncul pesan kesalahan saat Anda akan mengirimkan pesan (http://help.yahoo.com/l/id).

15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan milis ?

Milis : kependekan dari mailing list yang dapat diartikan sebagai daftar kelompok penerima surat elektronik. Millis memberikan kemudahan bagi para kelompok dunia maya/virtual untuk mengirim dan menerima pesan secara bersama-sama. Selain itu, Millis juga bermanfaat sebagai sarana diskusi secara elektronik antara guru dan siswa, serta antara siswa dan siswa dalam kelasnya/kelompoknya dan juga sebagai pooling, memberi pengumuman, dan pengiriman tugas-tugas.

Dibawah ini beberapa penyedia Millis gratis yaitu:

a. www.yahoogroups.com

b. www.googlegroups.com

c. www.topica.com

d. www.groups.or.id

e. www.altavista.com

Template by:

Free Blog Templates