Rabu, 18 Agustus 2010

naskah monolog

DEMOKRASI
Naskah monolog karya Putu Wijaya
SEORANG WARGA DESA YANG TANAHNYA KENA GUSUR MEMBAWA PLAKAT BERISI TULISAN DEMOKRASI. SETELAH MEMANDANG DAN PENONTON SIAP MENDENGAR, IA BERBICARA LANGSUNG.
Saya mencintai demokrasi. Tapi karena saya rakyat kecil, saya tidak kelihatan sebagai pejuang, apalagi pahlawan. Namun, saya tak pernah masuk koran. Potret saya tak jadi tontonan orang. Saya hanya berjuang di lingkungan RT gang Gugus Depan.
Di RT yang saya pimpin itu, seluruh warga pro demokrasi. Mereka mendukung tanpa syarat pelaksanaan demokrasi. Dengan beringas mereka akan berkoar kalau ada yang anti demokrasi. Dengan gampang saya bisa mengerahkan mereka untuk maju demi mempertahankan demokrasi. Semua kompak kalau sudah membela demokrasi.
MENGACUNGKAN PLAKATNYA.
Demokrasi!
TERDENGAR SERUAN WARGA BERSEMANGAT MENYAMBUT : DEMOKRASI!
Demokrasi!
SERUAN LEBIH HANGAT LAGI :
Demokrasi!
SERUAN GEGAP GEMPITA : DEMOKRASI! IA MENURUNKAN PLAKAT.
Bener kan? Hanya salahnya sedikit, tak seorang pun yang benar-benar mengerti apa arti demokrasi.
MENIRUKAN SALAH SEORANG WARGANYA.
“Pokoknya demokrasi itu bagus. Sesuatu yang layak diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Sesuatu yang memerlukan pengorbanan besar. Sesuatu yang menunjang suksesnya pembangunan menuju ke masyarakat yang adil dan makmur.” Kata mereka.
Saya kira itu sudah cukup. Saya sendiri tak mampu menerangkan apa arti demokrasi. Saya tidak terlatih untuk menjadi juru penerang. Saya khawatir kalau batasan-batasan saya tentang demokrasi disalahgunakan. Apalagi kalau sampai terjadi perbedaan tafsir yang dapat menjadikannya kemudian bertolak belakang. Atau mungkin, karena saya sendiri tidak benar-benar tahu apa arti demokrasi.
Pada suatu kali, RT kami yang membentang sepanjang gang Gugus Depan dapat kunjungan petugas yang mengaku datang dari kelurahan. Pasalnya akan diadakan pelebaran jalan, sehingga setiap rumah akan dicabik dua meter. Petugas itu menghimbau, agar kami, seperti juga warga yang lain, merelakan kehilangan itu, demi kepentingan bersama.
MENIRUKAN PETUGAS.
“Walaupun hanya dua meter, tapi sumbangan saudara-saudara sangat penting artinya bagi pengembangan dan kepentingan kita bersama di masa yang akan datang. Atas nama kemanusiaan kami harap saudara-saudara mengerti.”
NAMPAK BINGUNG.
Warga kami tercengang. Hanya dua meter? Kok enak saja mengambil dua meter, demi pembangunan. Pembangunan siapa? Bagaimana kalau rumah kami hanya enam meter kali empat. Kalau diambil dua meter kali enam, rumah hanya akan cukup untuk gang. Kontan kami tolak. Bagaimana bisa hidup dalam gang dengan rata-rata lima orang anak?
Tidak bisa itu tidak mungkin!
“Tapi ini sudah merupakan keputusan bersama,” kata petugas tersebut.
Kami semakin tercengang saja. Bagaimana mungkin membuat keputusan bersama tentang rumah kami, tanpa rembukan dengan kami. Sepeti raja Nero saja.
“Soalnya masyarakat di sebelah sana,” lanjut petugas itu sambil menunjuk ke kampung di sebelah, “mereka semuanya adalah karyawan yang aktif pabrik tekstil. Semua memerlukan jalan tembus yang bisa dilalui oleh kendaraan. Dengan difungsikannya gang Gugus Depan ini menjadi jalan yang tembus kendaraan bermotor, mobilitas warga yang hendak masuk ke pekerjaan atau pulang lebih cepat. Itu berarti efisiensi dan efektivitas kerja. Mikrolet dan bajaj akan bisa masuk. Itu akan merupakan sumbangan pada pembangunan. Dan pembangunan itu akan dinikmati juga oleh kampung di sebelahnya, karena sudah diperhitungkan masak-masak.”
Diperhitungkan masak-masak bagaimana? Kami tidak pernah ditanya apa-apa? Tanah ini milik kami, bantah saya.
Tak lama kemudian, sejumlah warga dari kiri kanan kami datang. Mereka menghimbau agar kami mengerti persoalan kami. Mereka mengatakan dengan sedikit pengorbanan itu, ratusan kepala keluarga dari kiri kanan kami akan tertolong. Mereka menggambarkannya sebagai perbuatan yang mulia. Setelah menghimbau mereka mengingatkan sekali lagi, betapa pentingnya pelebaran jalan itu. Setelah itu mereka mengisyaratkan betapa tak menolongnya kalau kami tidak menyetujui usul itu. Dan setelah itu mereka mewanti-wanti, kalau tidak bisa dikatakan mengancam.
MENIRUKAN WARGA KAMPUNG SEBELAH.
Kalau saudara-saudara menghambat, menghalang-halangi atau berbuat yang tidak-tidak sehingga pelebaran jalan itu tak dilaksanakan, sesuatu yang buruk akan terjadi.
NAMPAK MAKIN BINGUNG.
Berbuat yang tidak-tidak? Tidak-tidak apa? Kami terjepit di antara kepentingan orang banyak . Belum lagi kami sempat bikin rapat untuk melakukan perundingan, pelebaran jalan itu sudah dilaksanakan.
TERDENGAR SUARA MESIN MENGERAM.
Tanpa minta ijin lagi, sebuah bulldozer muncul dan menggaruk dua meter wilayah RT kami. Warga kami panik. Jangan! Jangan! Ini tanah kami. Sejak nenek-moyang kami sudah di sini. Dulu kakek-kakek kami tanahnya lebar, tiap orang punya tegalan dan dua tiga rumah, tapi semua itu sudah dibagi-bagi anak cucu, ada yang sudah dijual. Tapi ini tanah warisan.
Bulldozer itu tidak peduli. Mereka terus juga menggaruk. Jangan Pak! Jangan! Kalau Bapak ambil dua meter, rumah kami tinggal kandang ayam. Kami tidak mau kampung kami dijadikan jalan. Nanti ke mana anak-anak kami akan berteduh?
Jangan! Jangan Pak! Kita belum selesai berunding! Kami tidak pernah bilang setuju! Diganti berapa pun kami tidak akan mau. Ini harta kami satu-satunya sekarang.
Jangan Pak!
Tapi bulldozer itu terus juga menyeruduk dengan buas. Sopirnya tidak peduli. Dia hanya menjalankan tugas. Akhirnya kami tidak bisa diam saja. Kami semua terpaksa melawan. Saya tidak bisa mencegah warga rame-rame keluar dari rumah. Mereka berdiri di depan bulldozer itu.
Ini tanah kami, akan kami pertahankan mati-matian. Dibeli ratusan juta juga kami tidak sudi, sebab kami tidak mau pindah dari tempat nenek moyang kami. Anak-anak dan perempuan kami pasang di depan, sesudah itu orang-orang tua, lalu saya dan bapak-bapaknya.
Baru bulldozer itu berhenti.
SUARA MESIN BERHENTI. SENYAP..
Sopir yang menjalankan bulldozer itu ngeper juga melihat kami. Dia turun dari kendaraan dan berunding dengan teman-temannya. Kami menunggu apa yang akan terjadi. Lama juga mereka berunding. Beberapa anak main-main mendekati bulldozer itu dan memegang-megangnya. Kendaraan itu kuat, baru, dan bagus. Beberapa ibu-ibu duduk di jalan meneteki anak-anaknya. Saya sendiri mengambil keputusan kencing karena terlalu tegang.
Akhirnya mereka selesai berunding. Sopir itu kembali naik ke atas bulldozernya. Dia tersenyum. Kami merasa lega. Mereka pasti baru menyadari mereka sudah salah. Mesin dihidupkan kembali.
KEMBALI SUARA MENGERAM.
Kami menunggu dengan deg-degan. Waktu itu sebuah mobil colt datang. Sekitar sepuluh orang laki-laki meloncat turun dengan memakai pakaian seragam. Kami besorak, melihat akhirnya aparat datang untuk melindungi rakyat. Tapi berbareng dengan itu bulldozer itu menerjang kembali ke depan menggaruk tanah. Perempuan-perempuan itu menjerit. Beberapa anak jatuh, salah seorang diantaranya kena garuk. Untung ada yang meloncat naik dan menarik anak itu. Keadaan jadi kacau.
Orang-orang berseragam itu berlarian datang. Ternyata mereka bukan petugas, tetapi satpam yang mau mengamankan penggarukan. Mereka membawa pentungan yang sudah siap untuk memukul. Kami seperti kucing yang kepepet. Tanpa diberi komando lagi, kami melawan.
Anak-anak mengambil batu dan melempar. Asep, bapak anak yang hampir kena garuk bulldozer itu meloncat ke atas bulldozer, mau menarik sopirnya. Tapi tiba-tiba sopir bulldozer itu menghunus parang yang disembunyikannya di bawah tempat duduk, langsung membacok pundak Asep.
Asep tumbang berlurumuran darah. Perempuan-perempuan dan anak-anak menjerit, lalu kabur menyelamatkan diri. Kami para lelaki hampir saja mau meyerang, tapi kemudian sebuah truk datang. Puluhan orang yang kelihatan ganas-ganas melompat turun dan menerjang kami sambil membawa senjata tajam. Saya kenal salah satu di antaranya bajingan di Proyek Senen.
Kami terpaksa mundur. Saya melarikan Asep ke rumah sakit. Untung saja tidak lewat. Barangkali pembacoknya memang tidak berniat membunuh, hanya kasih peringatan.
MELETAKKAN PLAKAT. LALU MEMBUKA PAKAIANNYA, SALIN.
Saya bingung. Akhirnya setelah putar otak, saya beranikan diri mengunjungi pabrik tekstil, majikan warga yang menginginkan jalan pintas itu. Saya memakai batik (kebaya dan jarik kalau pemainnya perempuan) supaya kelihatan resmi dan sedikit dipandang.
MEMAKAI BATIK/JARIK.
Tapi susah sekali. Orangnya selalu tidak di tempat. Baru setelah mengaku petugas kelurahan, akhirnya saya diterima.
Direktur itu kaget setelah mengetahui saya bukan petugas tapi korban penggusuran. Tetapi ia cepat tersenyum ramah, lalu mengguncang tangan saya. Begitu saya semprot bahwa kami tak sudi dipangkas, dia bingung. Kepalanya geleng-geleng seperti tak percaya. Lalu ia memanggil sekretaris. Setelah berunding bisik-bisik, ia kembali memandangi saya seperti orang stress.
MENIRUKAN DIREKTUR PABRIK TEKSTIL YANG DIALEKNYA RADA CADEL/ASING.
“Tuhan Maha Besar, saya tidak tahu ini. Saya minta maaf. Saya tidak memperbolehkan siapa saja membuat tindakan-tindakan pribadi atas nama perusahaan. Para karyawan sudah diberi uang transport. Kalau mereka perlu jalan pintas, mungkin karena ingin menyelamatkan uang transport itu. Itu di luar tanggung jawab perusahaan. Pembuatan jalan itu bukan tanggung jawab kami. Saya minta maaf. Saya mohon anda menyampaikan rasa maaf saya kepada seluruh warga,” katanya dengan sungguh-sungguh.
Saya mulai senewen. Saya tak percaya apa yang dikatakannya. Ini sandiwara apa lagi. Saya bukan orang bodoh, saya tidak mau dikibulin mentah-mentah begitu. Saya tahu dia hanya pura-pura. Mulutnya yang manis, tingkah lakunya yang sopan itu tidak bisa mengelabui saya. Saya bisa mengendus apa yang disembunyikannya di balik topengnya itu. Orang kaya raya begitu, berpendidikan tinggi, luas pandangannya, pasti tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tidak mungkin dia tidak paham apa artinya dua meter tanah buat kami, meskipun bagi dia 200 hektar itu hanya seperti upil. Orang yang pasti sudah bolak-balik ke luar negeri itu masa tidak tahu, kami, paling sedikit saya ini tahu, bukannya para karyawannya itu yang serakah mau menyelamatkan uang makan, tapi dia sendiri yang memang mau mencaplok pemukiman kami. Nanti lihat saja, kalau jalan sudah dibuat, uang makan akan distop, karyawannya akan disuruh jalan kaki datang. Tai kucing, Rai gedek! Sudah konglomerat begitu, menyelamatkan uang receh saja pakai menyembelih rakyat.
Aku tahu! Aku tahu! Kasih tahu warga semuanya apa yang sudah terjadi. Aku adukan nanti kepada Jaksa Agung! Beliau itu dulu waktu masih miskin sering mampir di warung saya! Biar orang semacam ini ditindak. Asu! (MENYUMPAH-NYUMPAH KOTOR DALAM BAHASA DAERAH)
DIA MENYABARKAN DIRINYA, KARENA KATA-KATANYA SEPERTI SUDAH TAK TERKENDALI.
Betul. Orang kecil seperti saya ini memang kelihatannya lemah dan gampang ditipu. Karena kami sadar pada diri kami sehingga kami selalu menahan diri. Tapi kalau sudah kebangetan seperti ini, saya meledak juga. Semut pun kalau diinjak terus akan menggigit.
Karena terlalu marah, saya tidak bisa ngomong lagi. Muka saya saja yang kelihatan merah. Dia mengerti. Saya siap untuk meledak. Dia semakin marah, semakin halus bicaranya. Saya diperlakukan sebagai tamu terhormat. Tapi saya terus maju. Ini perjuangan.
Dia menyuguhkan makanan dan minuman. Saya tolak. Saya datang bukan untuk bertamu atau ramah-tamah. Saya membawa suara rakyat, menuntut keadilan. Keadilan untuk kami saja.
Kami tidak minta apa-apa, kami hanya minta tanah kami yang dua meter itu jangan diganggu. Itu hak kami! Titik.
Di atas meja dihidangkan kue-kue yang lezat. Hhhh! Tapi saya tidak sudi menjamah, Sebelum tuntutan kami didengarkan. Dia mencoba bertanya tentang keluarga saya, anak saya kelas berapa. Ah, itu kuno. Saya tahu itu taktik untuk memancing pengertian.
Dia juga berbasa-basi menanyakan bagaimana keadaan Asep. Lho saya jadi tambah curiga. Jadi dia tahu sekali apa yang terjadi. Mungkin dia yang menyuruh sopir itu membacok Asep, karena Asep juga pernah memprotes pembungan limbah dari pabrik yang mengalir ke selokan di depan rumah kami.
Saya bertekad, saya tidak akan pergi dari kantor itu sebelum ada keputusan membatalkan perampokan dua meter tanah kami untuk jalan. Saya ditunggu oleh warga.
Saya hanya mau pergi kalau ada keputusan yang menguntungkan rakyat kecil!
Akhirnya dia mengangguk, tanda dia mengerti. Kemudian dia menunduk dan membuka laci mejanya mengambil kertas. Saya bersorak dalam hati. Akhirnya memang kunci segala-galanya pada kegigihan. Kalau kita getol berjuang pasti akan berhasil.
Tetapi kemudian darah saya tersirap, karena direktur itu mengulurkan kepada saya sebuah amplop coklat yang tebal. Saya langsung tak mampu bernapas.
DARI ATAS JATUH SEBUAH AMPLOP RAKSASA BERISI TULISAN RP. 250.000.000. DUA RATUS LIMA PULUH JUTA RUPIAH. TULISAN MELAYANG SETINGGI DADA DI DEPANNYA. IA GEMETAR.
Tebal, coklat, apalagi di tas amplop itu tertera 250.000.000. Dua ratus lima puluh juta. Ya Tuhan banyaknya. Saya belum pernah memegang uang sebanyak ini. Dua ratus lima puluh juta?
MENGHAMPIRI AMPLOP. MENYENTUH DENGAN GEMETAR, TAK PERCAYA, RAGU-RAGU, GEMBIRA, KEMUDIAN MEMEGANGNYA.
Dua ratus lima puluh juta. Dua ratus lima puluh kali hidup lagi juga saya tidak akan sanggup mengumpulkan uang sebanyak ini. Ya Tuhan, alangkah miskinnya saya. Mengapa tiba-tiba saya dihujani rizki sebanyak ini.
MEMELUK AMPLOP ITU. MENGANGKATNYA. MENJUNJUNGNYA. MEMBAWANYA KE SANA KEMARI. KEMUDIAN MENGEKEPNYA. LALU MENARIKNYA KE BAWAH. MEMELUKNYA. SEPERTI KUCING YANG BERMAIN-MAIN DI ATAS KERTAS, IA TERLENTANG, TENGKUREP DI ATAS UANG ITU SAMBIL MENCIUM-CIUMNYA. KEMUDIAN IA MASUK KE DALAM AMPLOP, SEPERTI ANJING YANG MENGOREK-OREK TONG SAMPAH DENGAN BERNAFSU DAN NGOS-NGOSAN. AKHIRNYA IA MENGGULUNG DIRINYA DENGAN AMPLOP UANG ITU.
Dua ratus lima puluh juta. Apa yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak itu. Alhamdulillah! Saya bisa perbaiki rumah, kredit motor, jadi tukang ojek, bayar SPP. Saya bisa kirim uang sama orang tua.
Puji syukur Tuhan, akhirnya Kau kabulkan doa kami setiap malam, supaya bisa mengubah nasib, jangan terus terjepit di tempat kumuh ini seperti kecoa.
MENGANGIS KARENA GEMBIRA DAN TIDAK PERCAYA. KEMUDIAN DIA BERDIRI KEMBALI DAN MEMELUK AMPLOP BESAR ITU, SAMA SEKALI TAK MAMPU MELEPASKANNYA.
Saya gemetar. Saya tak menanyakan lagi berapa isi amplop itu. Untuk apa 250 juta itu. Saya tidak perlu lagi menanyakannya. Saya hanya menerimanya, lalu menyambut uluran tangannya. Lantas terbirit-birit pulang. Takut kalau amplop itu ditarik lagi. Saya ambil jalan belakang, sehingga tak seorang warga pun tahu saya barusan datang dari rumah direktur.
Saya kumpulkan keluarga saya dan menjelaskan kepada mereka, bahwa sejak hari itu hidup kami akan berubah. Doa kita sudah dikabulkan.
MELEPASKAN KEMBALI AMPLOP. AMPLOP BESAR NAIK KEMBALI, MELAYANG DI ATAS KEPALANYA.
Esok harinya, ketika para warga gang Gugus Depan kembali mendatangi saya untuk mendengarkan hasil rembukan saya dengan Pak Direktur untuk selanjutnya menetapkan tindakan apa selanjutnya yang harus dilakukan, saya memberi wejangan.
Saudara-saudara warga semuanya yang saya cintai. Memang berat kehilangan dua meter dari milik kita yang sedikit. Berat sekali. Bahkan terlalu berat. Tetapi itu jauh lebih baik daripada kita kehilangan nyawa. Lagipula semua itu untuk kepentingan bersama. Kita semua mendukung demokrasi dan sudah bertekad untuk mengorbankan apa saja demi tegaknya demokrasi. Di dalam demokrasi suara terbanyak yang harus menang. Maka sebagai pembela demokrasi, kita tidak boleh dongkol karena kalah. Itu konsekuensinya mencintai demokrasi. Demi demokrasi, kita harus merelakan dua meter untuk pembuatan jalan yang menunjang pembangunan ini. Demi masa depan kita yang lebih baik.
Seluruh warga yang saya pimpin tak menjawab. Seperti saya katakan, mereka semuanya pembela demokrasi. Kalau atas nama demokrasi, mereka relakan segala-galanya. Satu per satu kemudian mereka pulang.
Hei tunggu dulu, saya belum selesai berbicara!
Kuping mereka buntet. Tanpa peduli rapat belum rampung, semuanya pergi.
Tunggu! Tunggu!
Tak ada yang menggubris. Semuanya ngacir. Tinggal saya sendiri dan seorang tua. Tapi dia tidak pergi karena suka tapi karena kakinya semutan. Setelah reda dia juga berdiri dan pergi sambil ngedumel.
“Kalau memang demokrasi itu tidak melindungi kepentingan rakyat kecil, aku berhenti menyokong demokrasi. Sekarang aku menentang demokrasi!”
TERDENGAR SUARA SORAK DAN YEL-YEL YANG TIDAK JELAS. SEPERTI ADA KERIBUTAN. LALU SUARA TEMBAKAN. BARU SEPI KEMBALI.
Sejak saat itu semuanya benci kepada demokrasi. Sejak hari itu, warga RT Gugus Depan yang saya pimpin kompak menolak demokrasi. Hanya tinggal saya sendiri, yang tetap berdiri di sini. Teguh dan tegar. Tidak goyah oleh topan badai. Tidak gentar oleh panas dan hujan. Saya tetap kukuh tegak di atas kaki saya, apa pun yang terjadi siap mempertahankan demokrasi, sampai titik darah penghabisan.
Habis mau apa lagi? Siapa lagi kalau bukan saya?
Daripada diberikan kepada orang lain?
DENGAN SUARA YANG GEMURUH AMPLOP BESAR ITU JATUH MENIMPA, DIIKUTI OLEH BANYAK AMPLOP LAINNYA YANG LEBIH BESAR, SEHINGGA IA JATUH DAN TERTIMBUN OLEH AMPLOP.
LAMPU MEREDUP DAN PADAM.

ABSTRACT


MANAGEMENT STRATEGIC OF STUDY TO FACE NATIONAL EXAMINATION (CASE STUDY AT SMA 4 SURAKARTA)

M. Fakhrur Saifudin, Q 100070427, Magister of Education Management, Postgraduate Program, Muhammadiyah University of Surakarta 2009.

National examination is one of evaluation tools which is Indonesian government product in education to measure the achievement of the objectives of education. The objectives of this research are to describe school policies in manage the study to face national examination, to identify the strategies of study to face national examination, and to describe the management of study to face national examination at SMA Negeri 4 Surakarta. This research is organized and analyzed qualitatively that describes the management strategic of study to face national examination at SMA Negeri 4 Surakarta. The researcher use three types of techniques of collecting data that are supports each others, they are observation, documentation, and in depth interview. The technique of data analysis use interactive model by Miles and Huberman, start from data collection, data reduction, data presentation, and data verification. The results of this research states that school policies in management of study to face national examination covers, (a) understanding the standard of Graduate Competencies (SKL), (b) the drill of national examination materials, (c) quality value grade, and (d) increasing excellent graduate number. On the other side, the strategies of study to face national examination covers (a) activate the student by using open discussion in teaching-learning process about the material of national examination, (b) make concept map based on standard of graduate competencies (SKL), (c) national examination simulation, (d) comparing and synthesizing. Management of study to face national examination covers planning, organizing, implementing, and evaluating.

Keywords: national examination, SKL, drill of national examination, and quality value grades





A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses pembelajaran yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Selanjutnya, proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan diantaranya, kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dan juga sebagai motor penggerak agar terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif, dan guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola pembelajaran sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Ujian nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang diterapkan. ujian nasional yang diselenggarakan pemerintah diharapkan mampu menjawab tantangan global yang mengharuskan siswa lulus dengan standar nilai yang ditetapkan dari pemerintah yaitu, 5,50 untuk SMA dan 5,25 untuk SMP. Kebijakan inilah yang memicu pro kontra mengenai ujian nasional yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fisik maupun psikis kepala sekolah, guru, maupun siswa yang memicu strategi pembelajaran bagaimana supaya ujian nasional tersebut memperoleh hasil yang maksimal.

2. Kajian Teori
a. Kebijakan pemerintah tentang ujian nasional
Secara yuridis kebijakan ujian nasional berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 77 tahun 2008 tentang UN. Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan menengah. Ada beberapa alasan klise yang disampaikan pemerintah berkaitan fungsi ujian nasional, yakni sebagai instrumen pemetaan mutu satuan atau program pendidikan, alat seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, instrumen penentuan kelulusan peserta didik suatu sekolah, informasi untuk pembinaan dan pemberian bantuan kepada sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, serta prasyarat akreditasi sekolah.
Ujian nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Pasal 2, Permendiknas No. 77 2008). Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk; a) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan; b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

b. Kriteria kelulusan ujian nasional
Menurut Permen No. 77 tahun 2008 pasal 14 tentang ujian nasional bahwa Peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan ujian nasional sebagai berikut: memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.
Selanjutnya, untuk mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional SMA/MA sebagai berikut.
1) Program IPA, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi;
2) Program IPS, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi;
3) Program Bahasa, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Asing lain yang diambil, Sejarah Budaya/Antropologi, dan Sastra Indonesia; dan
4) Program Keagamaan, meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, dan Ilmu Kalam (Permen No. 77 tahun 2008).

c. Pembelajaran
Pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2006:61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Jumali dkk, 2004:87). Dari kedua pengertian pembelajaran tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dalam konteks pendidikan disekolah adalah proses belajar yang dibangun oleh pihak sekolah melalui sumberdaya yang ada yang disediakan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir siswa sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi dan memberikan pengetahuan baru.

d. Strategi pembelajaran
Sanjaya berpendapat (2006:127), strategi belajar mengajar merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik melalui komponen komponen yang akan membantu untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, teknik pembelajaran dan taktik pembelajaran. Dari pengertian tersebut, terdapat perbedaan antara strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Sanjaya (2006:127) berpendapat strategi pembelajaran merupakan kegiatan kegiatan rencana untuk mencapai tujuan, sedangkan metode pengajaran adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan itu. Sanjaya berpendapat (2006:127), teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran dimana teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, dan taktik adalah gaya seseorang melakukan suatu teknik atau metode tertentu.
Definisi strategi dan metode pembelajaran dibedakan secara signifikan seperti pendapat di atas, akan tetapi pada implementasinya kedua istilah tersebut tidak dibedakan secara jelas. Seperti yang dijelaskan oleh Yamin dan Anshari (2008, 66-88), macam-macam strategi pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran antara lain ekspositori, diskusi, kerja kelompok, co-operative learning, problem solving, think-talk-write, dan konstruktivistik.

e. Pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan atau manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Harsono, 2007). Penggunaan sumber daya termasuk kegiatan perencanaan, mengorganisasi, koordinasi, pengarahan, pengendalian, dan supervisi.
George R. Terry (www.e-dukasi.net, 2009) mengemukakan fungsi pengelolaan yang terdiri atas planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling (pengendalian/evaluasi).
Planning (Perencanaan) ialah fungsi pengelolaan yang harus bisa menjawab rumus 5W1H. WHAT (apa) yang akan dilakukan, WHY (mengapa) harus melakukan apa, WHEN (kapan) melakukan apa, WHERE (di mana) melakukan apa, WHO (siapa) yang melakukan apa, HOW (bagaimana) cara melakukan apa. Menyusun rencana berarti memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Agar dapat membuat rencana secara teratur dan logis, sebelumnya harus ada keputusan terlebih dahulu sebagai petunjuk langkah-langkah selanjutnya.
Organizing (Pengorganisasian) ialah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa. Pengorganisasian berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan antarbagian-bagian satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.
Actuating (Pelaksanaan) yaitu fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan penuh kesadaran tanpa paksaan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (leadership).
Controlling (Pengawasan/Evaluasi) disebut juga fungsi pengendalian. Suatu proses untuk mengukur atau membandingkan antara perencanaan yang telah dibuat dengan pelaksanaan. Dengan adanya pengawasan/evaluasi ini, diharapkan jangan sampai terjadi kesalahan atau penyimpangan.
Dari definisi pengelolaan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan (manajemen) adalah seni atas proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu dengan bantuan orang lain.

3. Hasil Penelitian Terdahulu
Hayslip dan VanZandt (2000) dalam penelitiannya, “Using National Standards and Models of Excellence as Frameworks for Accountability”, mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi standar nasional pendidikan dalam bidang konseling ditekankan pada tiga faktor, integrasi kurikulum, panduan evaluasi program, serta akuntabilitas sekolah dan masyarakat. Yang membedakan dengan fokus penelitian ini karena Hayslip dan VanZandt (2000) mengemukakan bahwa keberhasilan implementasi standar pendidikan nasional dipengaruhi beberapa faktor di atas dan tentunya kebijakan sekolah yang sesuai dengan iklim dan budaya sekolah tersebut.
Olds dan Crumbley (2003) dalam penelitiannya “Higher grades = higher evaluations: Impression management of students” yang menginvestigasi pengaruh evaluasi akhir terhadap hasil pengajaran. Siswa dari dua kelas mengikuti enam kali ujian tengah semester, dan dua kelas lain mengikuti tiga kali ujian tengah semester. Semua kelas tersebut mengikuti satu kali ujian akhir. Dengan mengikuti enam kali ujian tengah semester, siswa lebih banyak menghafal materi setiap kali ujian tengah semester tersebut diadakan. Hal itu menyebabkan nilai keseluruhannya lebih baik.
Analisis data penelitian ini mengungkapkan bahwa siswa yang mengikuti enam kali ujian tengah semester mendapatkan nilai yang lebih baik daripada siswa yang hanya mengikuti tiga kali ujian tengah semester. Dengan memberikan beberapa kali ujian tengah semester kepada siswa, maka dapat memberikan beberapa manfaat kepada siswa maupun guru. Artinya, siswa akan lebih siap menghadapi ujian akhir. Yang membedakan dengan fokus penelitian karena Olds dan Crumbley merumuskan bagaimana membagi dua kelas yang berbeda yaitu lower grades and higher grades yang berguna untuk mempersiapkan ujian akhir.
Ghada Karim Eid (2005) dalam penelitiannya “The Effects of Sample Size on the Equating of Test Items” mengungkapkan bahwa model ujian (Item Respons Theory/IRT) akhir-akhir ini sering digunakan daripada Teori Tes Klasik (Classical Test Theory/CTT) atau ujian sekolah, sebagaimana yang dibuktikan oleh sejumlah riset yang telah diadakan sebelumnya. Model-model ini digunakan untuk menyamakan bentuk-bentuk ujian dan juga mengembangkan item-item ujian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) efisiensi dan keakuratan item-item umum yang dirancang dengan menggunakan berbagai ukuran sampel analisis dan tingkat kesulitan yang berbeda pada dua ujian; (2) metode yang digunakan dalam tes ini menggunakan The Easy Test yang terdiri 40 soal mudah dengan 15 soal yang mempunyai kesulitan standar, dan The Diffcult Test yang terdiri 40 soal yang sangat sulit dengan 15 soal yang mempunyai kesulitan standar.
Margo O’Sullivan (2006) dalam penelitiannya berjudul “Lesson Observation and Quality in Primary Education as Contextual Teaching and Learning Processes” menerangkan bahwa kualitas adalah puncak tertinggi dalam agenda pendidikan. Guru adalah stakeholder yang mengimplementasikan agenda tersebut. Kualitas pendidikan terletak pada proses belajar mengajar yang membutuhkan guru profesional yang dapat menghadirkan strategi dan metode penyampaian materi yang baik serta penguasaan terhadap materi yang disampaikan. Selain itu perlu melihat dan mempertimbangkan efektif dan efisien dalam pembelajaran.
McDaniel, Roediger, dan McDermott (2007) dalam penelitiannya “Generalizing Test-Enhanced Learning from the Laboratory to the Classroom” mengatakan bahwa manfaat ujian akan lebih baik apabila ujian tersebut diselenggarakan sekolah daripada ujian nasional. Penelitian ini menguraikan tiga bahan ajar yang relevan dengan materi pendidikan, yaitu Matematika, Bahasa, dan materi yang relevan. Ketiga penelitian eksperimen tersebut menunjukkan pengaruh ujian yang signifikan dan juga mengungkapkan bahwa sebuah ujian hanya membutuhkan jawaban yang singkat-singkat saja akan menghasilkan ketercapaian kompetensi dalam menghadapi ujian akhir daripada ujian yang berbentuk pilihan ganda. Selanjutnya, satu eksperimen mengungkapkan sebuah efek positif berupa feedback (timbal balik) yang disampaikan dengan segera.
Implikasi yang berbeda denan penelitian ini berkaitan dengan kependidikan adalah bahwa ujian (jawaban singkat ataupun esai) dapat dijadikan feedback untuk meningkatkan daya ingat siswa dan juga sebagai kontrol keberhasilan pendidikan.

4. Fokus Penelitian
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu ditetapkan suatu fokus. Fokus dalam penelitian kualitatif merupakan batasan masalah. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana kebijakan sekolah dalam mengelola pembelajaran untuk menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta?
b. Bagaimana strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta?
c. Bagaimana pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta?
5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk,
a. Mendeskripsikan kebijakan sekolah dalam mengelola pembelajaran untuk menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta.
b. Mengidentifikasi strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta.
c. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran untuk menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta.

6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
1) Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pendidikan
2) Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian lanjutan di bidang fenomena pendidikan.
b. Manfaat praktis
1) Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka pengelolaan pembelajaran untuk menghadapi ujian nasional di SMA.
2) Bagi dinas pendidikan dan pengambil kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mengatasi fenomena pendidikan khususnya pengelolaan pembelajaran.

B. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada fokus penelitian, penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang hendak mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta. Moeleong (2007: 27) menekankan bahwa penelitian kualitatif berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian.
2. Setting penelitian
Pemilihan lokasi berdasarkan fokus penelitian yaitu SMA Negeri 4 Surakarta, karena lokasi penelitian tersebut merupakan salah satu SMA Negeri ternama yang mempunyai reputasi yang sangat baik sehingga menjadi SMA percontohan bagi SMA-SMA lain di Surakarta. SMA Negeri 4 Surakarta bagian dari Rayon I yang merupakan tolok ukur keberhasilan nilai ujian nasional. Hal inilah yang menarik peneliti untuk menjadikan SMA Negeri 4 Surakarta menjadi lokasi penelitian yang berkaitan dengan fokus penelitian.

3. Data dan Sumber data
Sumber data yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini ada tiga sumber, yaitu informan kunci dan tempat peristiwa.
a. Informan kunci (key informan), yaitu kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan sekolah, sedangkan informan selanjutnya wakasek kurikulum, dan guru mata pelajaran yang bersangkutan.
b. Tempat dan peristiwa, yaitu SMA Negeri 4 Surakarta. Jadi peneliti melakukan wanwancara secara mendalam tentang kaitannya dengan strategi pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional.

4. Teknik pengumpulan data
Dalam suatu penelitian, alat pengumpulan data akan menentukan kualitas penelitian. Oleh karena itu, alat dan teknik pengumpulan data harus mendapatkan penggarapan yang cermat. Dalam penelitian ini digunakan tiga macam teknik untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
5. Teknik analisis data
Miles dan Huberman (1992:16-18) menganggap bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.







6. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Keabsahan data dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting. Keabsahan data dilakukan agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan dari segala sisi (Moleong: 2007:170). Keabsahan data diukur berdasarkan 4 kriteria, yaitu: kepercayaan (credibility), derajat keteralihan (transferability), derajat kebergantungan (dependentbility), dan derajat kepastian (confirmability).

C. Hasil dan Pembahasan
1. Kebijakan sekolah dalam pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2009
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, kebijakan sekolah dalam pengelolaan pembelajaran meliputi,
a. Pemahaman Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan kisi-kisi oleh guru yang dapat memudahkan proses pembelajaran dan memberikan rambu-rambu soal ujian nasional.
b. Drill materi ujian nasional dan pemadatan yang didasarkan pada materi ujian baik nasional maupun sekolah. Implementasi dari kebijakan ini dengan memberlakukan minimal 9 kali drill atau try out selama masa pemadatan yaitu lebih kurang 4 bulan sebelum pelaksanaan ujian nasional. Kebijakan ini bertujuan untuk membekali siswa pengalaman menghadapi ujian nasional.
c. Gradasi nilai kualitas dibentuk adanya pertimbangan bahwa siswa yang kurang mampu dalam hal kognitif materi ujian nasional diberdayakan untuk lebih memahami materi tersebut. Secara teknis, gradasi nilai kualitas ditentukan berdasarkan peringkat pada latihan ujian semester gasal yang diselenggarakan sekolah.
d. Peningkatan angka kelulusan sempurna dengan indikator rata-rata nilai ujian nasional 8,00
2. Strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2009
Berikut ini strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional yang diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta.
a. Mengaktifkan siswa, dalam bentuk curah pendapat dalam proses pembelajaran dan melakukan tanya jawab terbuka mengenai kesulitan materi ujian nasional. Implementasinya yaitu (a) khususnya siswa kelas XII drill latihan-latihan soal yang sesuai dengan SKL (Standar Kompetensi Lulusan), (b) pembahasan soal-soal oleh guru bidang studi yang bersangkutan dengan menggunakan metode tanya jawab mengenai kesulitan pembelajaran yang dialami siswa, (c) membuka komunikasi tiga arah yaitu sekolah dalam hal ini adalah guru, siswa, dan orang tua siswa dalam hal ujian nasional, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui peringkat nilai latihan ujian, dan (e) pemberian layanan bimbingan konseling.
b. Membangun peta konsep (sistematika materi bahan ajar yang sesuai dengan SKL). Materi bahan ajar ujian nasional yang telah dipersiapkan oleh guru yang tentunya sesuai dengan kurikulum dan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) diujikan kepada siswa melalui drill soal ujian nasional. Setelah materi ajar diujikan dilakukan diskusi dua arah antara siswa dan guru mengenai materi yang telah diujikan apakah materi tersebut mampu dikuasai siswa atau terjadi kesulitan yang dapat dipecahkan dengan solusi yang efektif. Selanjutnya, pada tahap akhir dilakukan evaluasi mengenai hasil proses pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional yang berupa nilai hasil latihan ujian yang berupa peringkat, supaya siswa termotivasi dengan hasil yang mereka capai.
c. Melakukan simulasi ujian yang sesuai dengan bobot materi ujian nasional. Implementasiya dengan melakukan drill ujian nasional sebanyak 9 kali baik untuk kelas reguler dan kelas imersi yang tentunya kualitas bobot materi ujian yang standar. Materi yang digunakan juga mengacu pada SKL yang diterbitkan dari pusat hanya saja guru mengembangkan sendiri sehingga siswa lebih menguasai materi yang diujikan.
d. Membandingkan dan mensintesiskan, artinya bahwa siswa membandingkan kualitas soal yang telah disimulasikan kemudian siswa bersama-sama guru memformulasikan bagaimana menyelesaikan dengan efektif.

3. Pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2008
Berdasarkan hasil temuan data, pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta mencakup beberapa hal antara lain,
a. Perencanaan materi pembelajaran dilakukan oleh guru dengan menyusun RPP yang mengacu pada SKL. Kemudian, materi yang telah dikembangkan dijadikan soal-soal evaluasi pembelajaran yang telah direncanakan.
b. Pengorganisasian pembelajaran di SMA Negeri 4 Surakarta dengan pengelompokan antara kelas IPS, IPA, dan Imersi. Pengorganisasian tersebut diterapkan untuk memudahkan pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional. Dari pengelempokan tersebut didapatkan peringkat 40 terbawah dari hasil penjaringan latihan ujian nasional pada semester gasal yang kemudian dijadikan kelas tersendiri yang disebut kelas karantina.
c. Implementasi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional mengacu pada SKL dan kisi-kisi yang telah dikembangkan oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam tahap implementasi tersebut dilakukan pelatihan atau try out yang berguna untuk memberikan suatu gambaran nyata mengenai pelaksanaan ujian nasional.
d. Evaluasi dan pengawasan dilaksanakan secara bersama dengan menganalisis hasil drill latihan ujian nasional sebagai tolok ukur keberhasilan pengelolaan pembelajaran.

D. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional SMA Negeri 4 Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kebijakan sekolah dalam pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2009
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, didapatkan beberapa kebijakan sekolah dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta. Berikut adalah kebijakan sekolah tentang pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional.
a. Pemahaman Standar Kompetensi Lulusan
b. Drill materi ujian nasional
c. Pengelompokan nilai
d. Peningkatan angka kualitas sempurna

2. Strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2009
Berikut ini strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional yang diterapkan di SMA Negeri 4 Surakarta. (1) mengaktifkan siswa, dalam bentuk curah pendapat dalam proses pembelajaran dan melakukan tanya jawab terbuka mengenai kesulitan materi ujian nasional; (2) membangun peta konsep (sistematika materi bahan ajar yang sesuai dengan SKL); (3) melakukan simulasi ujian yang sesuai dengan bobot materi ujian nasional; dan (4) membandingkan dan mensintesiskan, artinya bahwa siswa membandingkan kualitas soal yang telah disimulasikan kemudian siswa bersama-sama guru memformulasikan bagaimana menyelesaikan dengan efektif.

3. Pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional 2008
Berdasarkan hasil temuan data, pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta mencakup beberapa hal antara lain, (1) perencanaan materi pembelajaran, (2) pengorganisasian pembelajaran, (3) implementasi pembelajaran, dan (4) evaluasi dan pengawasan pembelajaran.


Daftar Pustaka

Ahmad, R. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Anonim. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003. Depdiknas.

---------. 2008. Peraturan Menteri No. 77 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Ujian Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi.2006. Prosedur Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar, Rufman. I. 2007. ”Penelitian Kebijakan Ujian Akhir Nasional (UAN)”. Blogger. http://rufmania.blogspot.com/ diakses tanggal 24 januari 2009

Balitbang. 2008. Tabel Perkembangan Angka Kelulusan. Jakarta: Depdiknas.


Eid, Karim Ghada. 2005. The Effects of Sample Size on the Equating of Test Items. Proquest Journals. Vol. 126, Iss. 1; pg. 165, 16 pgs diakses tanggal 22 Januari 2009

Gronlund, Norman E. 2006. Measurement & Evaluation in Teaching. MacMillan Publishing

Harsono. 2007. Pembiayaan Pendidikan: Konsep Dasar Makro, Meso, dan Mikro. Yogyakarta: Surayajaya press

Hayslip, Josephine B. dan Zark VanZandt. 2000. “Using National Standards and Models of Excellence as Frameworks for Accountability”, sagepub.com. USA: http://jcd.sagepub.com (Diakses pada tanggal 23 April 2009)

http://www.smaracatur.sch.id/index.php?mode=2 diakses tanggal 22 Maret 2009

http://www.solopos.com. Angka Kelulusan Surakarta Turun. Diakses 14 Juni 2009.

Hudojo, H. 2002. Peta Konsep. Jakarta: Makalah disajikan dalam Forum Diskusi Pusat Perbukuan Depdiknas.

Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Jumali, Surtikanti, Aly, dan Sundari. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

McDaniel, Mark A., Roediger, Henry L., dan McDermott, Kathleen B. 2007. Generalizing Test-Enhanced Learning from the Laboratory to the Classroom. Proquest Journals. Vol. 14, Iss. 2; pg. 200, 7 pgs diakses tanggal 22 Januari 2009

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhadjir, Noeng. 2007. Metode Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Narzet, Yuliani. 2002. Perbedaan Individual dalam Proses Pembelajaran di Sekolah. http://lp3um.org/files/5-Yuliani.pdf. diakses Pada Tanggal 24 Januari 2009 Pukul 13.00.

Ngadirin. 2005. Ujian Akhir Nasional (UAN) Sebagai Issue Kritis Pendidikan. Jurnal Electronik. Jakarta: UNJ http://re-searchengines.com/art05-75/jurnalunj/.html diakses tanggal 24 Januari 2009.

O’Sullivan, Margo, 2007. “Lesson Observation and Quality in Primary Education as Contextual Teaching and Learning Processes” International Journal of Educational Development 246-260.www.elsevier.com/locate/ijedudev diakses tanggal 24 Januari 2009.

Olds, Phillip R. dan Crumbley, D. Larry. 2003. Higher Grades = Higher Evaluations: Impression Management of Students. Proquest Journals. Vol. 11, Iss. 3; pg. 172, 6 pgs diakses tanggal 22 Januari 2009

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. 2007. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Soedijarto. 2007. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka

Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdya Karya.

Terry, George. R. 2009. Fungsi Manajemen. www.e-dukasi.net. (diakses pada tanggal 23 April 2009)

Usman, M.U. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yamin, Martin dan Anshari, Bashu I. 2008. Taktik Membangun Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung persada Press.


F. Biodata Peneliti:
Nama : M. Fakhrur Saifudin
TTL : Jepara, 24 Maret 1985
Alamat : Grogol RT2/4 sanggrahan Sukoharjo
No. Hp : 085647161591, 0271 - 8088304
Email : arul_klen84@yahoo.com
Nama Ayah : Moch As’ari,M.Pd
Nama Ibu : Suriyati
Instansi : SMA Widya Bhakti Surakarta
Ganesha Executive Surakarta
Alamat : Jl. Lemusir No. 3 Pabelan, Kartasura, Sukoharjo 57162

abstrak tesis

ABSTRAK

STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL (STUDI KASUS SMA 4 SURAKARTA)
M. Fakhrur Saifudin, Q 100070427, Magister Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2009

Ujian nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan pemerintah untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kebijakan sekolah dalam mengelola pembelajaran ujian nasional, mengidentifikasi strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional, dan mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif yang mendeskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam dengan sejumlah informan. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan model interactive Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan sekolah dalam pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta meliputi, (a) pemahaman Standar Kompetensi Lulusan, (b) drill materi ujian nasional, (c) gradasi nilai kualitas, dan (d) peningkatan angka kelulusan sempurna. Selanjutnya, strategi pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta meliputi, (a) mengaktifkan siswa, dalam bentuk curah pendapat dalam proses pembelajaran dan melakukan tanya jawab terbuka mengenai kesulitan materi ujian nasional, (b) membangun peta konsep (sistematika materi bahan ajar yang sesuai dengan SKL), (c) simulasi ujian nasional, dan (d) membandingkan dan mensintesiskan. Pengelolaan pembelajaran dalam menghadapi ujian nasional di SMA Negeri 4 Surakarta mencakup beberapa hal antara lain perencanaan, penorganisasian, implementasi, dan evaluasi.

Kata kunci : ujian nasional, SKL, drill ujian nasional, dan gradasi nilai kualitas.






Template by:

Free Blog Templates