Sabtu, 10 Maret 2012

Buku penunjang membaca komprehensif

buku ini silakan saudara baca sebagai buku pendamping perkuliahan
1. Motivating reading comprehension concept-oriented reading instruction

16 comments:

embun keabadian mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
embun keabadian mengatakan...

NAMA : RIZKA RAHMA PRADANA
NIM : A.310110163
AZAB DAN SENGSARA
KARYA : MERARI SIREGAR
Novel ini menceritakan kehidupan seorang anak gadis yang berasal dari kampumg Sipirok , Batak pertengahan Karesidenan Tapanuli gadis tersebut bernama Mariamin. Mariamin dilahirkan oleh Ibunya bernama Nuria dan Bapaknya bernama Sutan Baringin serta memiliki adik laki-laki. Sebelum menikahi Nuria , Sutan Baringin sudah mempunyai istri tetapi masa hidup istrinya sengsara karena perlakuan Sutan Baringin yang kasar. Sutan Baringin sifatnya bengis , angkuh, hatinya amat tinggi dan tidak tahu hormat kepada orang lain. Singkat cerita akhinya Sutan Baringin menikah dengan Nuria sang pujan hatinya itu, kemudian lahirlah anak pertamanya yang diberi nama Mariamin. Kehidupan keluarga Mariamin sangat sengsara, setiap hari Nuria mendapatkan perlakuan kasar. Selang beberapa hari kekayaan Sutan Baringin habis dengan sekejap karena terlalu banyak masalah yang menimpanya. Sekarang mereka tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bambu terletak dipinggir sungai. Sutan Baringin selalu sakit-sakitan dan tidak pernah mau meminum obat yang sudah disediakan istrinya. Sebelum meninggal Sutan Baringin menitip pesan kepada Nuria supaya merawat anaknya dengan bain-baik. Tidak berselang lama Sutan Baringin meninggal dunia, satu keluarga yang dirumah tersebut berduka cita. Untuk menyambung hidupnya Mariaminlah yang bekerja.
Aninu’ddin adalah anak kaka Pada saat umur delapan tahun Aminu’ddin disuruh orang tuanya untuk sekolah, Mariamin juga disekolahkan oleh orang tuanya karena orang tuanya mengiginkan anaknya dapat membaca dan menulis. Setiap hari mereka selalu bermain bersama, setelah menginjak masa remaja mereka jatuh hati. Selang beberapa hari Aminu’ddin datang kerumah Mariamin dan memberitahukan bahwa dia akan ke Deli untuk mencari kerja. Pada saat itu Ibunya Mariamin sedang sakit. Bergegaslah Aminu’ddin pulang untuk bersiap-siap berangkat ke Deli. Ibunya yang mengetahui anaknya bersedih segera memberikan nasehat.Hari demi hari mereka lewati sendiri, setalah beberapa tahun Aminu’ddin yang sudah bekerja ingin pulang ketanah kelahirannya itu dan segera menikahi Mariamin. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuhi dan orang tua Aminu’ddin segera mencarikan calon istri buat dirinya. Aminu’ddin merasa kecewa karena calon istrinya tidak sesuai. Apa boleh buat Aminu’ddin menikahinya karena dia tidak mau mengecewakan orang tuanya.
Mariamin merasa kecewa karena Aminu'ddin tidak menepati janjinya. Selang beberapa hari Aminu’ddin beserta istrinya datang kerumah Mariamin untuk meminta maaf. Ibunya menyuruh masuk dan membacakan surat yang ditulis Mariamin. Setelah meminta maaf kepada Ibunya Mariamin, Aminu’ddin beserta istrinya pulang. Mariamin akhirnya memutuskan menikah dengan Kasibun yang terkenal dengan kekayaanya juga. Hidup Mariamin juga sengsara karena perlakuan kasar yang dilakukan suaminya. Setelah mengetahui Mariamin bertemu dengan Aminu’ddin si Kasibun memperlakukan istrinya semakin kasar. Mariamin yang diperlakukan seperti itu tidak terima dan melaporkan kepada polisi. Akhirnya si Kasibun mendapat denda dan bercerai dengan istrinya. Mariamin langsung kembali kerumah yang dahulu mereka tempati bersama keluarganya, tetapi rumah tersebut sudah tidak ada. Akhirnya Mariamin hidup sebatang kara dan kesehariannya dia sering sakit-sakitan. Tidak lama kemudian Mariamin meninggal dunia.

embun keabadian mengatakan...

NAMA : RIZKA RAHMA PRADANA
NIM : A.310110163
AZAB DAN SENGSARA
KARYA : MERARI SIREGAR
Novel ini menceritakan kehidupan seorang anak gadis yang berasal dari kampumg Sipirok , Batak pertengahan Karesidenan Tapanuli gadis tersebut bernama Mariamin. Mariamin dilahirkan oleh Ibunya bernama Nuria dan Bapaknya bernama Sutan Baringin serta memiliki adik laki-laki. Sebelum menikahi Nuria , Sutan Baringin sudah mempunyai istri tetapi masa hidup istrinya sengsara karena perlakuan Sutan Baringin yang kasar. Sutan Baringin sifatnya bengis , angkuh, hatinya amat tinggi dan tidak tahu hormat kepada orang lain. Singkat cerita akhinya Sutan Baringin menikah dengan Nuria sang pujan hatinya itu, kemudian lahirlah anak pertamanya yang diberi nama Mariamin. Kehidupan keluarga Mariamin sangat sengsara, setiap hari Nuria mendapatkan perlakuan kasar. Selang beberapa hari kekayaan Sutan Baringin habis dengan sekejap karena terlalu banyak masalah yang menimpanya. Sekarang mereka tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bambu terletak dipinggir sungai. Sutan Baringin selalu sakit-sakitan dan tidak pernah mau meminum obat yang sudah disediakan istrinya. Sebelum meninggal Sutan Baringin menitip pesan kepada Nuria supaya merawat anaknya dengan bain-baik. Tidak berselang lama Sutan Baringin meninggal dunia, satu keluarga yang dirumah tersebut berduka cita. Untuk menyambung hidupnya Mariaminlah yang bekerja.
Aninu’ddin adalah anak kaka Pada saat umur delapan tahun Aminu’ddin disuruh orang tuanya untuk sekolah, Mariamin juga disekolahkan oleh orang tuanya karena orang tuanya mengiginkan anaknya dapat membaca dan menulis. Setiap hari mereka selalu bermain bersama, setelah menginjak masa remaja mereka jatuh hati. Selang beberapa hari Aminu’ddin datang kerumah Mariamin dan memberitahukan bahwa dia akan ke Deli untuk mencari kerja. Pada saat itu Ibunya Mariamin sedang sakit. Bergegaslah Aminu’ddin pulang untuk bersiap-siap berangkat ke Deli. Ibunya yang mengetahui anaknya bersedih segera memberikan nasehat.Hari demi hari mereka lewati sendiri, setalah beberapa tahun Aminu’ddin yang sudah bekerja ingin pulang ketanah kelahirannya itu dan segera menikahi Mariamin. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuhi dan orang tua Aminu’ddin segera mencarikan calon istri buat dirinya. Aminu’ddin merasa kecewa karena calon istrinya tidak sesuai. Apa boleh buat Aminu’ddin menikahinya karena dia tidak mau mengecewakan orang tuanya.
Mariamin merasa kecewa karena Aminu'ddin tidak menepati janjinya. Selang beberapa hari Aminu’ddin beserta istrinya datang kerumah Mariamin untuk meminta maaf. Ibunya menyuruh masuk dan membacakan surat yang ditulis Mariamin. Setelah meminta maaf kepada Ibunya Mariamin, Aminu’ddin beserta istrinya pulang. Mariamin akhirnya memutuskan menikah dengan Kasibun yang terkenal dengan kekayaanya juga. Hidup Mariamin juga sengsara karena perlakuan kasar yang dilakukan suaminya. Setelah mengetahui Mariamin bertemu dengan Aminu’ddin si Kasibun memperlakukan istrinya semakin kasar. Mariamin yang diperlakukan seperti itu tidak terima dan melaporkan kepada polisi. Akhirnya si Kasibun mendapat denda dan bercerai dengan istrinya. Mariamin langsung kembali kerumah yang dahulu mereka tempati bersama keluarganya, tetapi rumah tersebut sudah tidak ada. Akhirnya Mariamin hidup sebatang kara dan kesehariannya dia sering sakit-sakitan. Tidak lama kemudian Mariamin meninggal dunia.

embun keabadian mengatakan...

NAMA : RIZKA RAHMA PRADANA
NIM : A.310110163
AZAB DAN SENGSARA
KARYA : MERARI SIREGAR
Novel ini menceritakan kehidupan seorang anak gadis yang berasal dari kampumg Sipirok , Batak pertengahan Karesidenan Tapanuli gadis tersebut bernama Mariamin. Mariamin dilahirkan oleh Ibunya bernama Nuria dan Bapaknya bernama Sutan Baringin serta memiliki adik laki-laki. Sebelum menikahi Nuria , Sutan Baringin sudah mempunyai istri tetapi masa hidup istrinya sengsara karena perlakuan Sutan Baringin yang kasar. Sutan Baringin sifatnya bengis , angkuh, hatinya amat tinggi dan tidak tahu hormat kepada orang lain. Singkat cerita akhinya Sutan Baringin menikah dengan Nuria sang pujan hatinya itu, kemudian lahirlah anak pertamanya yang diberi nama Mariamin. Kehidupan keluarga Mariamin sangat sengsara, setiap hari Nuria mendapatkan perlakuan kasar. Selang beberapa hari kekayaan Sutan Baringin habis dengan sekejap karena terlalu banyak masalah yang menimpanya. Sekarang mereka tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bambu terletak dipinggir sungai. Sutan Baringin selalu sakit-sakitan dan tidak pernah mau meminum obat yang sudah disediakan istrinya. Sebelum meninggal Sutan Baringin menitip pesan kepada Nuria supaya merawat anaknya dengan bain-baik. Tidak berselang lama Sutan Baringin meninggal dunia, satu keluarga yang dirumah tersebut berduka cita. Untuk menyambung hidupnya Mariaminlah yang bekerja.
Aninu’ddin adalah anak kaka Pada saat umur delapan tahun Aminu’ddin disuruh orang tuanya untuk sekolah, Mariamin juga disekolahkan oleh orang tuanya karena orang tuanya mengiginkan anaknya dapat membaca dan menulis. Setiap hari mereka selalu bermain bersama, setelah menginjak masa remaja mereka jatuh hati. Selang beberapa hari Aminu’ddin datang kerumah Mariamin dan memberitahukan bahwa dia akan ke Deli untuk mencari kerja. Pada saat itu Ibunya Mariamin sedang sakit. Bergegaslah Aminu’ddin pulang untuk bersiap-siap berangkat ke Deli. Ibunya yang mengetahui anaknya bersedih segera memberikan nasehat.Hari demi hari mereka lewati sendiri, setalah beberapa tahun Aminu’ddin yang sudah bekerja ingin pulang ketanah kelahirannya itu dan segera menikahi Mariamin. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuhi dan orang tua Aminu’ddin segera mencarikan calon istri buat dirinya. Aminu’ddin merasa kecewa karena calon istrinya tidak sesuai. Apa boleh buat Aminu’ddin menikahinya karena dia tidak mau mengecewakan orang tuanya.
Mariamin merasa kecewa karena Aminu'ddin tidak menepati janjinya. Selang beberapa hari Aminu’ddin beserta istrinya datang kerumah Mariamin untuk meminta maaf. Ibunya menyuruh masuk dan membacakan surat yang ditulis Mariamin. Setelah meminta maaf kepada Ibunya Mariamin, Aminu’ddin beserta istrinya pulang. Mariamin akhirnya memutuskan menikah dengan Kasibun yang terkenal dengan kekayaanya juga. Hidup Mariamin juga sengsara karena perlakuan kasar yang dilakukan suaminya. Setelah mengetahui Mariamin bertemu dengan Aminu’ddin si Kasibun memperlakukan istrinya semakin kasar. Mariamin yang diperlakukan seperti itu tidak terima dan melaporkan kepada polisi. Akhirnya si Kasibun mendapat denda dan bercerai dengan istrinya. Mariamin langsung kembali kerumah yang dahulu mereka tempati bersama keluarganya, tetapi rumah tersebut sudah tidak ada. Akhirnya Mariamin hidup sebatang kara dan kesehariannya dia sering sakit-sakitan. Tidak lama kemudian Mariamin meninggal dunia.

embun keabadian mengatakan...

NAMA : RIZKA RAHMA PRADANA
NIM : A.310110163
AZAB DAN SENGSARA
KARYA : MERARI SIREGAR
Novel ini menceritakan kehidupan seorang anak gadis yang berasal dari kampumg Sipirok , Batak pertengahan Karesidenan Tapanuli gadis tersebut bernama Mariamin. Mariamin dilahirkan oleh Ibunya bernama Nuria dan Bapaknya bernama Sutan Baringin serta memiliki adik laki-laki. Sebelum menikahi Nuria , Sutan Baringin sudah mempunyai istri tetapi masa hidup istrinya sengsara karena perlakuan Sutan Baringin yang kasar. Sutan Baringin sifatnya bengis , angkuh, hatinya amat tinggi dan tidak tahu hormat kepada orang lain. Singkat cerita akhinya Sutan Baringin menikah dengan Nuria sang pujan hatinya itu, kemudian lahirlah anak pertamanya yang diberi nama Mariamin. Kehidupan keluarga Mariamin sangat sengsara, setiap hari Nuria mendapatkan perlakuan kasar. Selang beberapa hari kekayaan Sutan Baringin habis dengan sekejap karena terlalu banyak masalah yang menimpanya. Sekarang mereka tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bambu terletak dipinggir sungai. Sutan Baringin selalu sakit-sakitan dan tidak pernah mau meminum obat yang sudah disediakan istrinya. Sebelum meninggal Sutan Baringin menitip pesan kepada Nuria supaya merawat anaknya dengan bain-baik. Tidak berselang lama Sutan Baringin meninggal dunia, satu keluarga yang dirumah tersebut berduka cita. Untuk menyambung hidupnya Mariaminlah yang bekerja.
Aninu’ddin adalah anak kaka Pada saat umur delapan tahun Aminu’ddin disuruh orang tuanya untuk sekolah, Mariamin juga disekolahkan oleh orang tuanya karena orang tuanya mengiginkan anaknya dapat membaca dan menulis. Setiap hari mereka selalu bermain bersama, setelah menginjak masa remaja mereka jatuh hati. Selang beberapa hari Aminu’ddin datang kerumah Mariamin dan memberitahukan bahwa dia akan ke Deli untuk mencari kerja. Pada saat itu Ibunya Mariamin sedang sakit. Bergegaslah Aminu’ddin pulang untuk bersiap-siap berangkat ke Deli. Ibunya yang mengetahui anaknya bersedih segera memberikan nasehat.Hari demi hari mereka lewati sendiri, setalah beberapa tahun Aminu’ddin yang sudah bekerja ingin pulang ketanah kelahirannya itu dan segera menikahi Mariamin. Tetapi orang tuanya tidak menyetujuhi dan orang tua Aminu’ddin segera mencarikan calon istri buat dirinya. Aminu’ddin merasa kecewa karena calon istrinya tidak sesuai. Apa boleh buat Aminu’ddin menikahinya karena dia tidak mau mengecewakan orang tuanya.
Mariamin merasa kecewa karena Aminu'ddin tidak menepati janjinya. Selang beberapa hari Aminu’ddin beserta istrinya datang kerumah Mariamin untuk meminta maaf. Ibunya menyuruh masuk dan membacakan surat yang ditulis Mariamin. Setelah meminta maaf kepada Ibunya Mariamin, Aminu’ddin beserta istrinya pulang. Mariamin akhirnya memutuskan menikah dengan Kasibun yang terkenal dengan kekayaanya juga. Hidup Mariamin juga sengsara karena perlakuan kasar yang dilakukan suaminya. Setelah mengetahui Mariamin bertemu dengan Aminu’ddin si Kasibun memperlakukan istrinya semakin kasar. Mariamin yang diperlakukan seperti itu tidak terima dan melaporkan kepada polisi. Akhirnya si Kasibun mendapat denda dan bercerai dengan istrinya. Mariamin langsung kembali kerumah yang dahulu mereka tempati bersama keluarganya, tetapi rumah tersebut sudah tidak ada. Akhirnya Mariamin hidup sebatang kara dan kesehariannya dia sering sakit-sakitan. Tidak lama kemudian Mariamin meninggal dunia.

embun keabadian mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Jihan Blorist mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
arul blog sharing community mengatakan...

jangan mengiri mengirim tugas di sini. tapi di label "tugas mahasiswa">>>"portofolio 1"

Dihyah Teti mengatakan...

Nama: Dihyah Teti S.R
NIM: A310110162
Kelas: II C


ISLAM DAN RADIKALISME

Radikalisme adalah pemikiran yang ditandai oleh empat hal, yaitu:
1. Sikap tidak toleran, tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain.
2. Sikap fanatik, yaitu selalu merasa benar sendiri, menganggap orang lain salah.
3. Sikap eksklusif, yaitu membedakan diri dari kebiasaan umat Islam kebanyakan.
4. Sikap revolusioner, yaitu cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan.
Radikalisme muncul dari pemahaman agama dan tekstual. Kaum radikal selalu merasa sebagai kelompok yang paling memahami ajaran Tuhan. Dilihat dari sisi sejarahnya, radikalisme terdiri dari dua wujud:
1. Radikalisme dalam pikiran (yang sering disebut dengan fundamentalisme).
2. Radikalisme dalam tindakan (yang disebut terorisme).
Radikalisme muncul sejak abad pertama Hijriyah oleh kaum Khawarij. Sejarah tentang Khawarij berawal dari Perang Shiffin, yaitu perang antara pasukan Khalifah Ali melawan pasukan Muawiyah. Perang ini terjadi pada tahun 37H/648M.
Ketika perang berlangsung dan kelompok Ali hampir memenangkan perang, muawiyah menawarkan perundingan. Ali menerima tawaran Muawiyah. Kesediaan Ali untuk berunding menyebabkan 4000 pengikutnya memisahkan diri dan membentuk kelompok baru yang dikenal dengan Khawarij. Mereka menolak perundingan. Permusuhan harus diselesaikan dengan kehendak Tuhan bukan perundingan.
Kaum Khawarij kemudian mengkafirkan Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah. Mereka juga mengkafirkan mayoritas kaum muslimin yang moderat dan menuduhnya sebagai pengecut. Kaum Khawarij pun melakukan kekerasan dan teror terhadap orang Islam yang tidak
sependapat dengan mereka. Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh seorang Khawarij saat Ali sedang shalat subuh.
Pemikiran dan sikap model Khawarij kemudian diteruskan oleh paham Wahabi di Arab Saudi pada abad ke-12 H / 18 M yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab.
Umat Islam Indonesia jelas tidak mendukung radikalisme. Radikalisme hanya melibatkan sebagian kecil umat Islam. Mayoritas umat Islam memilih hidup dalam kesantunan, toleransi dan kebersamaan dengan semua anggota masyarakat.
Pada kenyataannya, sebagian umat Islam Indonesia tidak mengikuti radikalisme. Perhatikan fakta berikut ini:
1. Dalam beragama umat Islam cenderung mengedepankan nilai-nilai universal dalam Al-Qur’an dan Hadis. Pemikiran dan sikap yang dibangun condong kepada upaya untuk melakukan kerjasama dan saling pengertian dengan kelompok lain.
2. Sebagian umat Islam yang lain seperti NU, mengikuti tradisi pemikirtan masa lalu atau pemikiran mazhab. Karena ulama terdahulu mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan,termasuk perbedaan penafsiran terhadap agama.
3. Umat Islam juga banyak belajar dari orang lain, bahkan agama lain. Radikalisme lahir dari sikap eksklusif dan merasa benar sendiri.Karena itu jika kita mau rendah hati, maka kita bisa belajar kepada orang lain tentang banyak hal, termasuk dari agama lain.
4. Umumnya umat Isalam Indonesia memilih pendekatan dialog dalam menyelesaikan persoalan. Sikap seperti ini akan memperbesar energi dan nafas dalam perjuangan. Dialog juga akan mendorong kita untuk melakukan silatiurahmi dngan pihak lain, sebagaimana yang dianjurkan oleh Islam.
5. Umat islam yang baik selalu belajar dan bercermin dari kenyataan hidup. Fakta kehidupan sehari-hari adalah pengalaman yang sangat bermakna. Contohnya, kalau rumah kita kebakaran , tentu tetangga akan bergotong-royong membantu memadamkannya. Kita tidak pernah bertanya apa agama para tetangga itu. Kita ternyata bisa hidup damai dengan orang lain. Dari situ kita bisa belajar sehinnga kita senantiasa arif dan bijaksana dalam beragama.
Islam pada kenyataan dan syariatnya adalah melindungi keamanan dan keselamatan hidup manusia. Tanpa mewujudkan kedamaian dan keadilan, Islam sesungguhnya kehilangan tujuannya sendiri. Memahami Islam secara benar dan utuh berarti membuat hidup lebih damai, produktif, indah dan mudah. Bukan sebaliknya.

Nama : Dihyah Teti S.R.
NIM : A310110162

luluk_nur mengatakan...

NAMA : LULUK NUR HARYATI
NIM : A310110125
KELAS : C
TERAMPIL MENULIS PARAGRAF

A.Samakah Menulis dan Mengarang?
Kata menulis mempunyai dua arti. Pertama, menulis ialah merubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang diubah itu bunyi bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (mulut dan perangkat pelengkapanya: bibir, lidah, gigi, dan langit-langit). Kedua, kata menulis mempunyai arti kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini ialah penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan.
Selain kata menulis, dalam masyarakat juga dikenal kata mengarang. Banyak orang menggunakan kata menulis dengan arti “mengarang” dan sebaliknya. Kedua kata itu sering di pertukarkan dengan penggunaanya. Persamaan kegiatan menulis dan mengarang adalah kegiatan yang sama-sama mengungkapkan gagasan. Baik penulis maupun pengarang menyampaikan gagasan melalui huruf dan tanda baca. Perbedaannya, kegiatan menulis menghasilkan tulisan, sedangkan mengarang menghasilkan karangan. Kalau tulisan dilandasi fakta, pengalaman, pengamatan, penelitian contoh : tulisan, antara lain makalah proposal, artikel. Sebaliknya, karangan banyak dipengarui oleh imajinasi dan perasaan pengaran. Contoh karangan, antara lain puisi, cerpen, novel, dan drama.
B.Mengapa Kita Harus Menulis?
Yang membedakan zaman prasejarah dan zaman sejarah adalah tulisan. Zaman prasejarah di tandai dengan tidak adanya tulisan. Semua peristiwa penting yang terjadi pada waktu itu tidak “diabadikan” dengan tulisan sehingga tidak diketahui generasi sesudahnya. Tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan, ilmu, serta pemikiran manusia. Artinya tulisan dapat dibaca oleh orang yang berada di berbagai tempat pada sekarang dan yang akan datang. Kegiatan tulis-menulis lebih penting lagi bila dikaitkan dengan dunia pendidikan. Menulis tidak ada hubunganya dengan bakat. Bagi pemula, manulis memang agak sulit. Namun apabila sering berlatih dan meningkatkan keteramilan menulis, maka menulis itu menjadi kegiatan yang mudah. Menulis memang gampang-gampang susah. Gampang kalau sudah sering melakukannya dan susah kalau belum terbiasa.
KALIMAT PEMBENTUK PARAGRAF
Tidak dapat dipungkiri bahwa bahan baku paragraf adalah kalimat. Paragraf selalu terdiri atas kalimat-kalimat. Tentu saja bukan sembarang kalimat. Kalimat-kalimat itu perlu disusun sedemikian rupa sebelum digabungkan dengan kalimat lain untuk membuat sebuah paragraf. Akan tetapi, dalam hubungannya dengan pembentukan paragraf ini hanya akan dibicarakan berturut-turut.
A.Perluasan Kalimat
Kalimat merupakan sarana untuk menyampaikan gagasan. Masing-masing kata mempunyai fungsi. Yang di maksud fungsi disini adalah yaitu sebagai subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), atau keterangan (K).
B.Penggabungan Kalimat
Kalimat satu dapat digabungkan dengan kalimat lain dengan perantaraan kata penghubung. Selain lebih praktis, penggabungan itu juga memperjelas hubungan kalimat-kalimat yang dihubungkan itu. Misalnya kalimat yang berbunyi Seorang ibu melihat anaknya jatuh dan kalimat seorang ibu menjerit. Kalimat kedua itu di gabungkan menjadi melihat anaknya jatuh, seorang ibu menjerit.
C.Variasi Kalimat
Agar tulisan enak dibaca, segar, dan menarik, kalimat-kalimatnya harus dibuat bervariasi.
1. Letak SPOK
2.Panjang-pendek
3.Kalimat aktif-pasif
4.Kalimat berita, tanya, dan perintah
5.Variasi pilihan kata
D.Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan (informasi) secara singkat, lengkap, dan mudah di terima oleh pendengar.

Sumber: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2004

Dessy pita mengatakan...

Oleh :
DESI PITASARI A310110116

GAYA BAHASA
Macam – macam Gaya Bahasa
1) Eufemisme ialah ungkapan pelembut untuk menyatakan sesuatu dengan cara halus, penggunaan kata yang baik, pengungkapan dengan kata yang baik.
Contoh:
Ia kurang ingatan = ia gila
Ia tuna netra = ia buta
2) Pleonasme ialah gaya bahasa yang bermaksud menegaskan atau memperkuat pikiran atau perasaan pengarang. Jadi menggunakan kata – kata secara berlebih – lebihan.
Contoh:
Kulihat dengan mata kepalaku sendiri.
Artinya: Bukankah melihat itu selalu dengan mata? Dan bukankah mata itu selalu melekat pada kepala?.3) Paralelisme ialah gaya bahasa yang dipergunakan untuk menyatakan sesuatu maksud, dengan mengulang – ulang suatu pengertian yang terkandung dalam suatu kata atau kalimat.
Contoh:
Kudendangkan lagu nestapa
Kudendangkan ratapan duka
Wahai Allah Yang Maha Esa
Wahai siapa yang sudi membimbing beta
Ikut hati mati, ikut rasa binasa.
4) Sinisme ialah suatu sindiran atau ejekan kepada sesuatu keadaan atau peristiwa, yang biasanya dinyatakan secara kasar dan tajam.
Contoh:
Seorang guru berkata dengan marah kepada muridnya: “ Otakmu otaku dang”= sangat bodoh.
Murid yang tidak dapat menjawab soal yang sangat mudah, dikatakan “Otaku dang!”
5) Sarkasme ialah suatu sindiran atau ejekan yang tidak terlalu kasar dan tajam, juga tidak halus atau lunak.
Contoh:
Alangkah kecil hidung itu! Maksudnya hidung besar.
Bajunya tertawa (maksudnya: bajunya sobek).
6) Sinecdoche ialah gaya bahasa untuk menyatakan maksud keseluruhan dengan menyebut sebagian saja dari keseluruhan itu. Gaya bahasa semacam ini juga disebut: Pars Pra toto.
Contoh:
Teman saya membeli kijang (mobil yang bermerk kijang).
Ia sedang membaca Varia (nama suatu majalah).
Kebalikan dari pars pro toto ialah Totum pro pars, artinya menyebut keseluruhan dengan menyebut sebagian.
Contoh:
Pada tahun 1945 rakyat Indonesia bertempur melawan penjajah (Tidak seluruh rakyat Indonesia.
7) Antitese ialah gaya bahasa untuk melukiskan sesuatu maksud dengan mempergunakan kata – kata – kata yang berlawanan artinya dalam satu kelompok kata.
Contoh:
Hidup matinya manusia itu ada di tangan Allah.
Besar kecil, tua muda, laki – laki perempuan berduyun – duyun pergi ke pasar malam.
8) Allegori ialah pengungkapan yang seluruhnya kiasan, sebagai suatu cerita. Allegori prosa merupakan suatu metafora yang lebih luas dan panjang.
Contoh:
“…aduhai melati nan putih, sudilah dikau kusentuh kelopakmu. Hamba rindu semerbak wangimu, warnamu nan suci indah dengan mahkota dan benang suteramu yang menjulai lunglai lagi permai selalu wajahmn kubawa mimpi dalam kepulasan tidurku. Oh, kuserahkan seluruh hidupku padamu.”
Dalam contoh di atas, bahwa yang dimaksud dengan bunga melati ialah gadis. Sedang pemuda biasanya dikiaskan sebagai kumbang.
9) Repetisi ialah cara pengungkapan sesuatu dengan mempergunakan kata atau kelompok kata yang diulang – ulang. Pengulangan kata itu dimaksud untuk menguatkan maksud. Gaya bahasa repetisi kebanyakan terdapat dalam pidato atau khotbah.
Contoh:
“… untuk memperjuangkan saudara – saudara sebagai bangsa merdeka, untuk memperjuangkan saudara – saudara yang dulu hidup dalam alam penindasan, untuk memperjuangkan saudara – saudara agar selalu hidup dalam keadaan adil dan makmur adalah bukan hal yang tanpa pengorbanan.”
Di sini jelas bahwa kelompok kata yang selalu diulang ialah untuk memperjuangkan.
10) Tautologi ialah cara pelukisan dengan perulangan yang tak perlu karena sudah sama artinya; jadi hanya untuk perhiasan atau untuk menyengatkan.
Contoh:
Girang dan gembira
Ia tidak saya inginkan, tidak saya harapkan.
1.Sumber:
Judul Buku : RINGKASAN BAHASA INDONESIA menuju penggunaan bahasa Indonesia umum
Pengarang : Drs. Ali Imran Aem dkk
Penerbit : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Tahun terbit : 1985
Halaman : 103 - 104

Anonim mengatakan...

TUGAS MEMBACA KOMPPREHENSIF
REPRODUKSI BACAAN
Judul : Negeri Kaum Budak. NAMA : YUNI ANJANI
Penulis : Alejo Carpentier KELAS : 2D
NIM : A. 310110191
Dalam buku yang berjudul Negeri Kaum Budak ini, mengisahkan nasib para budak – budak dari kebangsaan negro di Prancis, Paris, Cap Francais, Plain du Nord. Salah satu dari mereka adalah Ti Noel dan Macandal, mereka semua adalah salah satu dari ribuan budak berkulit hitam yang di kuasai oleh para majikan penguasa Plain du Nord berkulit putih. Pada abad ke-17 adalah masa kejayaan orang berkulit putih untuk meminpin,mereka adalah mandor – mandor pemilik perkebunan dan peternakan. Menteri – menterinya yang hanya sibuk menggosip menikmati musik. Mereka lebih senang memanjakan diri mereka dengan duduk manis di pertunjukkan teater menikati musik, menggosip dan emceritakan para gundik – gundik merreka. Mereka enggan dihadapkan pada suara gelegar meriam, atau waspada terhadap senapan pistol besar para musuh.
M. Lenomard de Mezy adalah salah satu mandor terkaya di Plain du Nord peternakannya ribuan kebunnyya beratus – ratus hektar, sang majikan ini mempunyai budak bernama Ti Noel dan Macandal. Kekejaman para mandor berkulit putih ini membuat orang Negro berkulit hitam ini tak mampu dan tak berrdaya, mereka dibayar sangat rendah, bahkan tidak jarang mereka mendapat perlakuan yang sangat keras dari majikannya. Contoh wanita negro yang tidak jarang mendapat kekejaman dari majikannya, entah itu kekerasan seksual ataupun kekerasan fisik, dan tidak jarang juga mereka dibunuh untuk menutupi aib, mereka yang hamil akhirnya tidak dapat merawat anak mereka karena harus berakhir di perkuburan bayi aborsinan di belakang gereja. Begiitu juga dengan budak kaum laki – laki mereka mendapat siksaan dari mandornya jika pekerjaan mereka lalai.
Macandal adalah inspirasi buat Ti Noel mereka adalah teman seperjuangan, Ti Noel sangat bangga sekali dengan cerita Macandal mengenai zaman kekaisaran popo Araga Fagos atau Fullah.Ia juga mengisahkan migrasi suku – suku pribumi, perang panjang dan pertempuran - pertempuran hebat dimana binatang – binatang liar dijinakkan sebagai sekutu manusia. Dia juga tahu cerita tentang Adonhueso, Raja Angola, Raja Da, titisan serpen yang nerupakan sosok awal yang baka, yang mencecap kebahagiaan bersama ratu pelangi penguasa seluruh lautan dan segala seisinya. Benar saja jika Macandal adalah sumber inspirasi buat Ti Noel karena Ti Noel sendiri buta huruf jadi cukuplah puas mendengar cerita – cerita macandal mengenai sejarah – sejarah kaumnya. Yaitu pada dahulunya mereka dipimpin oleh seorang pemimpin yang sangat kuat penguasa hutan, laut, dan manusia dia adalah Kankan muza yang masyhur Muza yang digdaya, pendiri kerajaan kaum kulit hitam yang tak terkalahkan. Kuda – kudanya dihiasi koin – koin perak dan pelana berenda, ringkikannya lebih nyaring dari dencing baja, mengeluarkan gemuruh lewat sepasang genta yang tergantung di leher. Selain itu, raja – raja negro menunggang kuda dengan tombak di tangan mengepalai pasukan masinng – masing dan tubuh mereka kebal berkat jampi – jampi. Mereka hanya terluka jika melanggar Dewa Halilintar atau dewa Api.

novem dalam anir mengatakan...

Nama : Novem Eko G
NIM : A310110071
Kelas : II B

MORVOLOGI
Bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata disebut morfologi. Pengertian tentang bentuk belum jelas bila kita belum mengetahui lebih lanjut tentang wujudnya dan apa yang menjadi ciri-cirinya. Semua arus-ujaran yang sampai ke telinga kita terdengar sebagai suatu rangkaian kesatuan. Bila kita berusaha memotong-motong suatu arus-ujaran yang sederhana seperti: maka potongan-potongan (segmen) yang akan kita dapat yaitu potongan-potongan yang merupakan kesatuan yang langsung membina kalimat itu adalah: pekerjaan, mereka dan memuaskan . Unsur mereka di satu pihak tidak dapat dipecahkan lagi, sedangkan unsur pekerjaan dan memuaskan masih dapat dipecahkan lagi menjadi: kerja dan pe-an , serta puas dan me-kan.
Unsur-unsur kerja dan puas dapat pula dengan langsung membentuk kalimat seperti tampak dalam contoh berikut:
a. Kerja itu belum selesai
b. Saya belum puas
A. Morfem
Kedua macam unsur itu, baik kerja dan puas , maupun pe-an dan me-kan mempunyai suatu fungsi yang sama yaitu membentuk kata. Unsur pembentuk itu, baik yang bebas ( kerja dan puas ) maupun yang terikat ( pe-an dan me-kan ) dalam tata bahasa disebut morfem (dari kata morphe = bentuk, akhiran ¬ema¬ = yang mengandung arti). Jadi dalam bahasa Indonesia kita dapati dua macam morfem yaitu:
1. Morfem dasar atau morfem bebas , seperti: kerja, puas, bapak, kayu, rumah, tidur, bangun, sakit, pendek, dan lain-lain.
2. Morfem terikat , seperti: pe-, -an, pe-an, ter-, ber-, me-, dan lain-lain.
Dalam tata bahasa Indonesia morfem dasar atau morfem bebas itu disebut kata dasar , sedangkan morfem terikat disebut imbuhan.
Batasan: Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang dapat dibedakan artinya.
B) Morfem Terikat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, morfem dapat dibagi atas dua macam yaitu morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat dalam tata bahasa Indonesia dapat dibagi lagi atas empat macam berdasarkan tempat terikatnya pada sebuah morfem dasar:
1. Prefiks (= awalan) : per-, me-, ter-, di-, dan lain-lain.
2. Infiks (= sisipan) : -el, -er, -em,
3. Sufiks (= akhiran) : -an, -kan, -i.
4. Konfiks : gabungan dari dua atau lebih dari ketiga macam morfem di atas yang bersama-sama membentuk suatu kesatuan arti.
Morfem terikat dapat dibeda-bedakan lagi menurut fungsinya, ada yang berfungsi untuk membentuk kata kerja, ada yang bertugas untuk membentuk kata benda, ada pula yang digunakan untuk membentuk kata sifat. Pembagian yang kompleks adalah pembagian yang didasarkan atas arti yang didukungnya. Tetapi arti yang didukungnya itu pun belum mutlak, masih merupakan suatu kemungkinan; arti yang tepat harus selalu ditinjau dari suatu konteks.
C) Morfem Bebas dan Kata
Suatu morfem bebas telah dapat disebut sebagai kata. Sebaliknya konsep tentang kata tidak hanya meliputi morfem bebas, tetapi juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas, atau morfem dasar dengan morfem dasar. Berarti konsep kata, atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat kita bagi atas:
1. Kata dasar
2. Kata berimbuhan, yang dapat dibagi lagi atas:
1. Kata yang berawalan (ber-prefiks).
2. Kata yang bersisipan (ber-infiks).
3. Kata yang berakhiran (ber-sufiks).
4. Kata yang berkonfiks.
3. Kata ulang
4. Kata majemuk
Batasan: Kesatuan-kesatuan yang terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan mengandung suatu ide disebut kata.

rohmad riyadi mengatakan...

NAMA : ROHMAD RIYADI
NIM : A310110065
KELAS : 11A

Judul buku : Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa
Penerbit : Yuma pustaka
Penulis : M. Furqon Hidayatullah
Tahun terbit : 2010

Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang :
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. beraklak mulia
3. sehat
4. berilmu
5. cekap
6. kreatif
7. mandiri dan
8. menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab

Mengingat pentingya karakterdalam membangun sumberdaya manusia (SDM) yang kuat,maka pentingnya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan pendidikan karakter merupan suatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Olehkarena itu, diperlukan kepedulian oleh berbagai pihak, baik oleh pemeriantah, masyarakat keluarga maupun sekolah.
Tujuan mengajar dan mendidik pada hakikatnya adalah :
1. meletakna landasan karakter yang kuat melalui intrnalisasi nilai dalam pendidikan,
2. menumbuhkan / menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktifitas hidupnya,
3. menumbuhkan kemampuan berfikir kritis meleluai pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran,
4. menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan berpartisipasi aktif secara teraturdalam aktivitas hidupnya dan memehami manfaat dari keterlibatanya,
5. menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu luang dengan aktivites belajar dan
6. menumbuhkan pola hidup sehat dan pemeliharaan kebugaran jasmani.

Mahatma gandihi mengatakan ada tujuh dosa besar di dunia, sebagai berikut.
1. Kaya tanpa kerja (Wealth without work)
2. Kesenagna tanpa suara /kata (Plesure without concience)
3. Pengetahuan tanpa karakter (Knowladge without charakter
4. pandangan tanpa moral (Commerce without morality)
5. Ilmu tanpa kemanusiaan (Science without humanity)
6. ibadah tanpa pengorbanan (Worship without sarcrifice)
7. politik tanpa prinsip (politic without principle)

Agar guru mampu menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang memungkinkan menanamkan karakter pada peserta didiknya, maka diperlukan sosok guru yang berkarakter. Guru yang berkarekter, ia bukan hanya mampu mengajar tetapi juga mampu mendidik diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya.
Nilai-nilai yang menjadi karakter guru adalah :
1. Amanah
a. Komitmen
b. Kompeten
c. Kerja keras
d. Konsisten
2. Keteladanan
a. Keserderhanaan
b. Kedekatan
c. Pelayanan maksimal
3. Cerdas
a. Intelektual
b. Emosional
c. Spiritual

Dalam mensikapi peserta didiknya guru seharusnya berperilaku sebagai berikut:

1. berpenempilan menarik, terutama tampak pada penampilan wajah yang berseri-seri, selalu tersenyum saat bertemu murit-muritnya.
2. Mampu berkomunikasi dengan baik.
3. Semua aktivitasnya dilakukan dengan sepenuh hati
4. Selalu memberikan pelayanan maksimal

lanjar mengatakan...

Nama : Tri Hartanto
NIM : A310080239
Kelas : 8D
Pengarang : Abdul Chaer
Judul Buku : Linguistik Umum

BAHASA ADALAH BUNYI
Menurut Chaer (2003: 42) bahasa adalah system dan bahasa adalah lambang; dan kini, bahasa adalah bunyi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa itu merupakan bunyi. Permasalahan yang timbul pada saat ini apakah semua bunyi merupakan lambang bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari ita sering mendengar berbagai bunyi yang timbul dari berbagai sebab, misalnya gesekan dari dua benda, fenomena alam, suara yang timbul dari binatang, dan lain sebagainya. Bunyi bahasa merupakan bunyi yang memiliki makna, karena bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi, bunyi yang bukan berasal dari alat ucap manusia dapat dikatakan bukan termasuk sebagai bunyi bahasa.
Tidak semua bunyi yang dihasilakn oleh alat ucap manusia termasuk bunyi bahasa, misalnya teriakan, bersin, batuk, bersendawa, siulan dan lain sebagainya. Meskipun bunyi atau suara tersebut timbul dri alat ucap manusia, namun semuanya itu tidak termasuk sebagai bunyi bahaasa karena tidak termasuk ke dalam system lambang bunyi. Berikut berbagai bahasa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.
1. Bahsa itu bermakna
2. Bahasa itu arbitrer
3. Bahasa itu konvensional
4. Bahasa itu produktif
5. Bahasa itu unik
6. Bahasa itu universal
7. Bahasa itu dinamis
8. Bahasa itu bervariasi
9. Bahasa itu manusiawi

Fitria Nurkholis mengatakan...

Nama: Fitria Nurkholis
Nim: A 310 080 234

Gorys Keraf. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama



Gaya bahasa berdasarkan makna di ukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna donotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih memperthankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna donotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang dimaksudkan di sini.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Kata trope lebih dulu popular sampai dengan abad XVIII. Karena ekses yang terjadi sebelumnya,trope dianggapsebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu pada abad XVIII istilah itu mulai diganti dengan figure of speech.
Terlepas dari konotasi kedua istilah itu, kita dapat menggunakan kedua istilah itu dengan pengertian yang sama, yaitu suatu penyimpangan bahasa secara evaluative atau secara emotif dari bahasa biasa, entah dalam (1) ejaan, (2) pembentukan kata, (3) konstruksi (kalimat, klausa, frasa), atau (4) aplikasi sebuah istilah,untuk memperoleh kejelasan, penekanan kejelasan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain.

Posting Komentar

silahkan comment di sini

Template by:

Free Blog Templates