Selasa, 22 November 2011

BERBICARA DI MUKA UMUM


BERBICARA DI MUKA UMUM

Oleh: Dini Restiyanti Pratiwi


Selamat malam dan selamat berjumpa dalam acara Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Ruang Pelajar di Radio Republik Indonesia Surakarta bersama saya Dini Restiyanti Pratiwi dari Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Adik-adik pelajar yang budiman, materi yang akan saya sampaikan adalah “Berbicara di Muka Umum.” Ikuti paparan saya dengan seksama.
Manusia adalah makhluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan sosial, yang meliputi tindakan saling bertukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, dan saling mengekspresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu, di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan semua anggota masyarakat, maka diperlukan komunikasi.
Komunikasi dapat mempersatukan para individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menggabungkan konsep-konsep umum, memelihara serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut tidak akan ada serta bertahan lama tanpa adanya masyarakat-masyarakat bahasa. Dengan perkataan lain, masyarakat berada dalam koumikasi linguistik.
Ujaran sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan-kehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat, gagasan, perasaan, dan keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem inilah yang memberi keefektivan bagi individu dalam mendirikan hubungan mental dan emosional dengan anggota-anggota lainnya. Agaknya tidak perlu disangsikan lagi bahwa ujaran hanyalah merupakan ekspresi dari gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, yaitu memberi dan menerima.
Berdasarkan uraian di muka berarti uajaran (speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial, dan pendidikannya. Adik-adik pelajar yang budiman, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan.
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Selain itu, dia juga harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap lawan bicara dengan mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Prinsip-prinsip umum yang mendasari kegitana berbicara, antara lain: (a) membutuhkan paling sedikit dua orang, (b) mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama, (c) menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum, (d) terjadi pertukaran antara partisipan, (e) menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera, (f) berhubungan atau berkaitan dengan masa kini, (g) hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara/bunyi bahasa dan pendengaran, dan (h) secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Oleh karena itu, berbicara memiliki tiga maksud, yaitu memberitahukan, menghibur, dan membujuk.
Adik-adik pelajar yang budiman, berdasarkan maksud berbicara, ada jenis-jenis berbicara di muka umum.

Pertama, berbicara untuk melaporkan, berbicara untuk melaporkan atau menginformasikan (informatif speaking), dilakukan jika seseorang berkeinginan untuk: (a) memberi atau menanamkan pengetahuan, (b) menetapkan atau menentukan hubungan-hubungan antara benda-benda, (c) menerangkan atau menjelaskan sesuatu proses, menginterpretasikan atau menafsirkan sesuatu persetujuan ataupun menguraikan sesuatu tulisan. semua hal tersebut disebut situasi-situasi informatif. Misalnya, kuliah, ceramah, pengumuman, laporan, pidato, dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam merencanakan suatu pembicaraan, antara lain memilih pokok pembicaraan yang menarik hati, membatasi pokok pembicaraan, mengumpulkan bahan-bahan, dan selanjutnya menyusun bahan dan ditulis dalam tiga bagian (i) pendahuluan, pilihlah kalimat-kalimat pembuka yang menarik perhatian, (ii) isi, dengan mencantumkan butir-butir penting yang akan ditelusuri, (iii) kesimpulan, dalam kesimpulan sebaiknya tidak lebih dari satu atau dua kalimat.
Kedua, berbicara secara kekeluargaan (fellowship speaking), tidak ada kegiatan manusia yang lebih menyenangkan yang telah ditemukan daripada hiburan atau pertunjukkan kelompok. Di dalamnya terdapat sesutau yang menggembirakan yang dapat dinikmati bersama, dapat meninggalkan kesenangan pribadi. Pengalaman manusia diperkuat serta ditingkakan dengan jalan menceritakannya kepada orang lain, tidak ada wadah yang lebih sesuai untuk maksud-maksud seperti ini selain dalam siuasi-situasi persahabatan atau kekeluargaan.
Partisipan menginginkan seorang pembicara untuk melambangkanserta memperagakan dalam suasana hati, keadaan jiwa, pikiran, dan tindakan yang menarik dan sesuai perasaan-perasaan kelompoknya tersebut. Bagi sang pembicara , tantangan ini jelas menentukan sikap, bahan, dan penyampaian. Ketiga hal ini hendaknya dapat menggemakan keramahtamahan dan mempertinggi perasaan-perasaan bersama dari kelompok tersebut.
Cara yang paling umum menjamin serta memadukan suatu perasaan persahabatan adalah melalui pembicaraan-pembicaraan hiburan. Menghibur adalah membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan hati. Menciptakan suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan yang membuat /menimbulkan kebanggaan menjadi anggota kelompok tersebut. Sasaran diarahkan kepada peristiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan kegelian yang sederhana.
Media yang paling sering dipergunakan untuk maksud tersebut adalah seni bercerita atau mendongeng (the art of story-teeling), lebih-lebih cerita yang lucu, jenaka, dan menggelikan. Kesempatan-kesempatan bagi pembicara yang bersifat kekeluargaan atau persahabatan, antara lain: (a) pidato sambutan selamat datang, (b) pidato perpisahan, (c) pidato penampilan, penyajian, dan perkenalan, (d) pidato jawaban atau balasan, (e) pidato dalam sambutan sesuatu upacara, dan lain-lain.
Ketiga, berbicara untuk meyakinkan (persuasive speaking) adalah seni penanaman alasan atau motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang konsekuen. Persuasi merupakan tujuan kalau kita menginginkan tindakan atau aksi. Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita mengingnkan penampilan suatu tindakan atau pengejaran suatu bagian tertentu dari suatu tindakan. Tuntutan atau daya tarik dalam hal ini kebanyakan bersifat emosional. Daya penarik tersebut menampilkan motif-motif kepada kita untuk bertindak menurut cara yang dikehendakinya.
Berikut tujuh cara memperoleh aksi melalui daya- penarik dasar, (a) Ajukalah suatu penawaran dengan daya pikat, (b) batasi waktu untuk penawaran untuk memperlihatan kebonafidan dan anda dapat dipercaya, (c) persediaan terbatas, (d) memberikan jaminan akan sebab-sebab keterlambatan atau kemacetan, (e) harga meningkatkan terus, kalau harga akan meningkat berikanlah waktu atau tanggal tertentu kalau mungkin, (f) penurunan harga, kalau memang demikian, katakanlah begitu jelaskan perlu keinginan mengambil keuntungan atau manfaat dengan segera, (g) keuntungan atau kerugian, jelaskan keuntungan apa yang akan diperoleh pendengar dan kerugian apa yang diderita kalau mereka tidak memilikinya.
Keempat, berbicara untuk merundingkan (deliberative speaking) bertujuan untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana. Keputusan itu dapat menyangkut sifat hakikat tindakan-tindakan masa lalu atau sifat dan hakikat tindakan mendatang. Maksud dari suatu keputusan menentukan sifat dari situasi. Para partisipan berunding secara hati-hati, berembuk membicarakannya sambil meminta nasihat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan. Daya tarik lebih bersifat intelektual daripada emosional. Dalam hal ini metode yang digunakan oleh pembicara bersifat sederhana dan langsung, dan dia  berusaha keras membuka rahasia segala fakta yang tersedia. Situasi seperti ini merupakan situasi deliberatif dengan tujuan umum keputusan atau kepastian pendirian. Dalam hal ini menuntut beberapa unsur, antara lain kejelasan, ketertiban, fakta-fakta, alasan-alasa, dan pikiran-pikiran yang jujur.
Adik-adik pelajar, demikianlah siaran Pembinaan Bahasa Indonesia lewat Radio Republik Indonesia semoga bermanfaat bagi adik-adik pelajar dan pendengar sekalian. Selamat malam dan terimakasih.

Sumber:
Tariga, Henry Guntur. 2005. Berbicara. Bandung: Angkasa

0 comments:

Posting Komentar

silahkan comment di sini

Template by:

Free Blog Templates